Denpasar (Antara Bali) - Pengusaha aneka kerajinan dan matadagangan nonmigas Bali yang mampu memproduksi aneka barang bernilai seni dan unik dalam jumlah banyak, kini memerlukan pasar ekspor ke mancanegara.
"Kami sekarang memerlukan pasar supaya bisa menjual hasil kerajinan masyarakat yang berbasis di daerah pedesaan di Bali," kata Pengusaha Kerajinan, Nyoman Wijaya Saputra di bengkel kerjanya Denpasar, Senin.
Ia yang memasarkan aneka barang kerajinan ini memproduksi mata dagangan bernilai seni dengan rancang bangun yang diciptakan desainer Bali maupun menerima dari mitra bisnisnya di luar negeri sesuai perkembangan zaman. Pangsa pasar ekspor yang ada dari berbagai negara konsumen tampaknya masih lesu, akibat berbagai terpaan resesi dunia, sehingga jumlah pengiriman barang maupun devisa yang diterima tidak bisa merangkak sesuai harapan.
Ia mengatakan, pembeli asal Amerika Serikat masih yang terbanyak, namun jumlahnya tetap berkurang hampir setiap tahun, konon akibat guncangan perekonomian yang dialami negeri adidaya itu secara berkelanjutan. Begitu pula pembeli dari Jepang belum ada saingannya, namun jumlahnya juga melorot terus sehingga dalam kurun delapan tahun terakhir ini, pemasaran aneka barang kerajinan dan nonmigas Bali lainnya masih tetap lesu, tutur dia.
Pengusaha kerajinan lainnya Wayan Suma asal Gianyar juga mengatakan bahwa, aneka barang kerajinan Bali terutama perabotan berbahan baku bambu sangat lesu dalam periode tiga tahun terakhir ini terutama yang dijual ke Jepang.
Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) Bali melaporkan bahwa realisasi ekspor non migas Bali selama kurun waktu delapan tahun terakhir ini hanya tahun 2011memperoleh devisa tertinggi yakni mencapai 652,3 juta dolar AS bertambah dari tahun sebelumnya hanya 649 juta dolar.
Perdagangan luar negeri itu kemudian melorot dengan hasil perdagangan antarnegara itu hanya mencapai 579 juta dolar tahun berikutnya dan tahun 2013 berkurang menjadi hanya 529 juta dolar dan 2014 naik lagi menjadi hanya 536 juta. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Kami sekarang memerlukan pasar supaya bisa menjual hasil kerajinan masyarakat yang berbasis di daerah pedesaan di Bali," kata Pengusaha Kerajinan, Nyoman Wijaya Saputra di bengkel kerjanya Denpasar, Senin.
Ia yang memasarkan aneka barang kerajinan ini memproduksi mata dagangan bernilai seni dengan rancang bangun yang diciptakan desainer Bali maupun menerima dari mitra bisnisnya di luar negeri sesuai perkembangan zaman. Pangsa pasar ekspor yang ada dari berbagai negara konsumen tampaknya masih lesu, akibat berbagai terpaan resesi dunia, sehingga jumlah pengiriman barang maupun devisa yang diterima tidak bisa merangkak sesuai harapan.
Ia mengatakan, pembeli asal Amerika Serikat masih yang terbanyak, namun jumlahnya tetap berkurang hampir setiap tahun, konon akibat guncangan perekonomian yang dialami negeri adidaya itu secara berkelanjutan. Begitu pula pembeli dari Jepang belum ada saingannya, namun jumlahnya juga melorot terus sehingga dalam kurun delapan tahun terakhir ini, pemasaran aneka barang kerajinan dan nonmigas Bali lainnya masih tetap lesu, tutur dia.
Pengusaha kerajinan lainnya Wayan Suma asal Gianyar juga mengatakan bahwa, aneka barang kerajinan Bali terutama perabotan berbahan baku bambu sangat lesu dalam periode tiga tahun terakhir ini terutama yang dijual ke Jepang.
Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) Bali melaporkan bahwa realisasi ekspor non migas Bali selama kurun waktu delapan tahun terakhir ini hanya tahun 2011memperoleh devisa tertinggi yakni mencapai 652,3 juta dolar AS bertambah dari tahun sebelumnya hanya 649 juta dolar.
Perdagangan luar negeri itu kemudian melorot dengan hasil perdagangan antarnegara itu hanya mencapai 579 juta dolar tahun berikutnya dan tahun 2013 berkurang menjadi hanya 529 juta dolar dan 2014 naik lagi menjadi hanya 536 juta. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015