Nusa Dua, Bali (Antara Bali) - Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan produk perikanan tangkap jenis cakalang dan tuna Indonesia meraih sertifikat "Marine Stewardship Council" (MSC) dalam waktu dua tahun mendatang.

"Kami mengharapkan dalam waktu dekat, satu atau dua tahun mendatang, Indonesia bisa mendapatkan sertifikat MSC untuk `pole and line ` cakalang dan `handline` tuna yang ditangkap menggunakan pancing," kata Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP), Saut P Hutagalung ditemui dalam Forum Internasional Bisnis Tuna di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Selasa.

Menurut dia, pemenuhan sertifikat MSC tersebut diikuti oleh sekitar 20 perusahaan besar bidang perikanan dengan sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Syarat-syarat tersebut di antaranya validitas data tangkapan tuna, alat tangkap ramah lingkungan hingga kualitas sumber daya manusia. "Persyaratannya sangat ketat tetapi ini harus dilakukan karena persaingan yang ketat pula dengan negara lain," ucapnya.

Tak hanya itu, para nelayan juga menjadi perhatian di dalam pemenuhan sertifikat itu mengingat 20 perusahaan perikanan tersebut telah menjalin kemitraan dengan nelayan. Sehingga, ia menjamin dengan diraihnya sertifikat tersebut tidak hanya membesarkan perusahaan semata melainkan pula kehidupan para nelayan.

Saut lebih lanjut menjelaskan bahwa pemenuhan sertifikat MSC tersebut merupakan persyaratan yang harus dipenuhi agar ekspor tuna Indonesia bisa memasuki pasar Amerika Serikat dan Eropa, yang menerapkan sertifikat MSC itu.

Untuk mewujudkan sertifikat MSC tersebut rencananya akhir tahun mendatang pihaknya akan mengadakan penilaian menyeluruh agar sertifikat tersebut diraih sesuai dengan target. Pemerintah, kata dia, juga intensif melakukan kerja sama saling bertukar ilmu dan pengalaman dengan negara yang telah mendapatkan sertifikat MSC salah satunya Maladewa.

Menteri Perikanan dan Pertanian Maladewa, Mohammed Shainee, yang turut hadir dalam forum itu menjelaskan bahwa dengan diraihnya sertifikat MSC itu tidak hanya menyumbang secara perekonomian negara melainkan pula terhadap komunitas nelayan di negara itu.

Untuk itu ia menyambut baik kerja sama yang bisa dilakukan bersama dengan Indonesia yang saat ini dalam tahap meraih sertifikat "sakti" itu. "Kami bisa melakukan kerja sama dalam hal bantuan teknis untuk mendapatkan sertifikat MSC dan mempertahankan sertifikat itu," katanya.

Selain tuna, produk perikanan tangkap lain yang akan menjalani sertifikasi adalah kakap merah, kerapu dan rajungan. Tuna merupakan salah satu andalan ekspor Indonesia ke sejumlah negara dengan total nilai ekpor pada tahun 2014 mencapai 210 ribu ton dengan nilai 700 juta dolar AS. Sedangkan tahun ini, KKP menargetkan peningkatan ekspor tuna mencapai 800 juta dolar AS.(WDY)

Pewarta: Oleh Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015