Denpasar (Antara Bali) - Banyak pengusaha vila minati produk jati khas Bali, karena memiliki ciri khas ukiran yang indah dan bernilai seni tinggi dengan bahan kayu jati berkualitas.
"Produk jati khas Bali banyak sekali yang memesan belakangan ini, sampai kewalahan memenuhi pesanan," ungkap Sofia pemilik toko furnitur khas Bali di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, konsumen yang memesan barang miliknya kebanyakan adalah pemilik vila yang berasal dari sejumlah pusat wisata di Pulau Dewata seperti kawasan wisata Kuta, Ubud, Legian, dan Tabanan.
"Konsumen paling banyak berasal dari Ubud, biasanya memesan tempat tidur "sekaa pat" yang sangat sesuai dengan konsep-konsep vila disana," katanya.
Sofia mengatakan, pihaknya menjual beberapa produk furnitur jati dengan berbagai macam harga sesuai dengan jenis dan kerumitan produk tersebut. Untuk produk tempat tidur dengan konsep "sekaa pat" dijual dengan harga Rp6 juta-Rp7 juta, sedangkan untuk jenis lainnya, berkisar antara Rp2 juta-Rp5 juta.
"Para konsumen kebanyakan membeli produk kami dalam jumlah banyak, sampai puluhan jenis jati berbagai macam dengan jumlah transaksi lebih dari Rp100 juta," kata dia.
Dalam sebulan, pihaknya mendapatkan omset sampai Rp500 juta, bahkan, jika sedang ramai pesanan, bisa menembus total Rp600 juta.
Untuk menjalankan usahanya itu, Sofia mendatangkan bahan jati dari Kabupaten Buleleng dan Karangasem, Bahkan, jika sedang banyak pesanan, pihaknya mendatangkan bahan baku dari Madura dan daerah lainnya di Jawa Timur.
"Kami mendatangkan bahan baku dari luar daerah karena pesanan selalu ramai, pesatnya perkembangan usaha properti dan vila," kata dia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Produk jati khas Bali banyak sekali yang memesan belakangan ini, sampai kewalahan memenuhi pesanan," ungkap Sofia pemilik toko furnitur khas Bali di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, konsumen yang memesan barang miliknya kebanyakan adalah pemilik vila yang berasal dari sejumlah pusat wisata di Pulau Dewata seperti kawasan wisata Kuta, Ubud, Legian, dan Tabanan.
"Konsumen paling banyak berasal dari Ubud, biasanya memesan tempat tidur "sekaa pat" yang sangat sesuai dengan konsep-konsep vila disana," katanya.
Sofia mengatakan, pihaknya menjual beberapa produk furnitur jati dengan berbagai macam harga sesuai dengan jenis dan kerumitan produk tersebut. Untuk produk tempat tidur dengan konsep "sekaa pat" dijual dengan harga Rp6 juta-Rp7 juta, sedangkan untuk jenis lainnya, berkisar antara Rp2 juta-Rp5 juta.
"Para konsumen kebanyakan membeli produk kami dalam jumlah banyak, sampai puluhan jenis jati berbagai macam dengan jumlah transaksi lebih dari Rp100 juta," kata dia.
Dalam sebulan, pihaknya mendapatkan omset sampai Rp500 juta, bahkan, jika sedang ramai pesanan, bisa menembus total Rp600 juta.
Untuk menjalankan usahanya itu, Sofia mendatangkan bahan jati dari Kabupaten Buleleng dan Karangasem, Bahkan, jika sedang banyak pesanan, pihaknya mendatangkan bahan baku dari Madura dan daerah lainnya di Jawa Timur.
"Kami mendatangkan bahan baku dari luar daerah karena pesanan selalu ramai, pesatnya perkembangan usaha properti dan vila," kata dia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015