Anak susah konsentrasi belajar dan gampang jatuh? Para orang tua sebaiknya jangan buru-buru menyalahkan sang buah hati, karena rupanya hal tersebut tidak semata-mata kesalahan perilaku mereka. Justru para orang tua memiliki peran besar untuk menstimulasi anak ketika masih bayi agar nantinya di saat mengenyam bangku pendidikan mereka tidak mengeluh kesulitan berkonsentrasi.

Menurut pakar stimulasi anak, Irene F Mongkar, keluhan seperti di atas merupakan dampak dari terlewatinya fase merangkak pada anak-anak. Padahal fase yang biasanya dapat dilakukan bayi mulai dari umur enam bulan itu sangat penting peranannya untuk kesempurnaan keseimbangan buah hati. "Jadi para orang tua jangan merasa bangga dan senang dulu ketika bayi kita begitu cepat bisa berdiri dan berjalan, tetapi sebelumnya tidak melewati fase merangkak," kata Irene saat menjadi pembicara dalam "talkshow" bertajuk "Prenagen Pregnancy Educational Journey: Momen Indah Menanti dan Merawat Si Kecil" di Denpasar, Minggu, 26 April 2015.

Ketika fase merangkak terlewati, ucap dia, maka dampaknya anak-anak akan kesulitan untuk fokus, tulisan tangannya jelek, gampang jatuh, demikian juga koordinasi mata dengan tangan tidak bagus. Bahkan untuk melakukan hal yang sepele seperti memasang kancing baju dan tali sepatu di saat berumur tujuh tahun pun akan cukup sulit dilakukan.

Irene mengurai sejatinya fase merangkak merupakan langkah pertama dari si kecil untuk melawan gravitasi, mengenal pertama kali dunia tiga dimensi dan melatih konvergensi. Di samping itu, dengan merangkak akan meningkatkan konsentrasi, menjadi kesempatan belajar keseimbangan, memperkuat tangan dan lengan untuk bekal kemampuan menulis dan bergelantungan.

"Hilangnya fase merangkak, dapat terjadi karena kesempatannya tidak ada," ujar Irene pada acara yang dihadiri ratusan ibu hamil dan ibu menyusui itu. Kesempatan dalam artian lingkungan rumah yang tidak cukup mendukung seperti ukuran rumahnya kecil, jadi ketika bayi baru melakukan dua rangkakan sudah "ketemu" kaki meja dan kaki kursi sehingga akhirnya dipegang dan selanjutnya bayi berdiri. "Otomatis karena lingkungan menyebabkan kesempatan merangkaknya semakin berkurang, kesempatannya jadi nggak ada. Itulah yang menyebabkan fase merangkak menjadi hilang," katanya.

Selain itu, Irene menekankan pentingnya orang tua untuk terus mengevaluasi kemampuan-kemampuan dasar si kecil agar dapat diketahui apakah kondisi dan fungsi kerja sistem saraf buah hati sudah sempurna sesuai dengan semestinya. Jika masih belum sesuai, para orang tua dapat melakukan sesuatu untuk memastikan apakah semua berjalan sesuai dengan yang seharusnya dengan memberikan stimulasi-stimulasi khusus.

Terkait dengan stimulasinya, itu ada berbagai bentuk untuk kelima indera, mulai dari stimulasi bayi terhadap halus kasarnya permukaan benda, bentuk-bentuk gambar untuk penglihatan, panas dingin untuk indera perasa, hingga gerakan yang melibatkan fungsi kaki, tangan dan tubuh bayi. "Untuk stimulasi gerakan, harus dilakukan secara bertahap, dari yang halus dan gerakannya sederhana, menuju pada gerakan yang lebih kompleks," ucapnya pada acara yang juga diisi dengan senam Prenagen Belly Dance yang bermanfaat untuk memperlancar proses kelahiran itu.

Namun diingatkan dalam melakukan stimulasi gerakan terhadap anak misalnya memperkenalkan ketinggian dengan mengangkat bayi ke atas maupun gerakan mengggoyang bayi ke kanan dan kiri itu harus dalam kondisi tidak mendadak dan disiapkan emosi si kecil dengan baik. Caranya dengan mengajak bayi berbicara dulu sembari diiringi tawa. Dengan stimulasi juga membantu terbentuknya sinapsis atau persambungan sel-sel di otak. Sinapsis itu cikal bakalnya orang pintar, orang bisa menyerap apa saja, bisa berpikir kritis dan seterusnya.

"Kaitannya dengan merangkak, maka lewat stimulasi membentuk sinapsis termasuk diantaranya motorik kasar dan halus. Bayi yang merangkak, tidak mungkin merangkak `ngaco`, pasti ada yang dilihat. Jadi bayi pasti punya tujuan dan itu membantu dia fokus, membantu dia konsentrasi untuk mencapai apa yang mau dia capai dalam proses merangkak," tambah Irene.

Pentingnya Nutrisi Kehamilan

Untuk mendukung tumbuh kembangnya buah hati dengan sempurna dan dapat melalui setiap fase perkembangan dengan baik, menurut dr Boy Abidin SpOG harus dimulai sejak dalam proses kehamilan. "Oleh karena itu, diperlukan kematangan dalam perencanaan dan persiapan kehamilan, serta terus membekali diri dengan pengetahuan seputar tumbuh kembang si kecil," ucap Boy yang juga menjadi pembicara pada talkshow `Prenagen Pregnancy Educational Journey: Momen Indah Menanti dan Merawat Si Kecil` itu.

Menurut dokter ahli kandungan itu, nutrisi dasar yang harus dipenuhi saat kehamilan seperti asam folat, zat besi, kalsium dan berbagai jenis vitamin. Asam folat berdasarkan hasil penelitian sangat penting untuk pertumbuhan syaraf, zat besi terhadap pertumbuhan berat bayi dan kalsium terhadap pembentukan tulang-tulang, rambut dan kuku saat janin di dalam kandungan. Kekurangan nutrisi bisa berdampak membawa kecacatan pada bayi. "Di samping kecacatan juga dapat disebabkan karena faktor genetik dan proses pembuahan yang terpapar zat kimia tertentu," katanya. Oleh karena itu, dr Boy juga mengharapkan para ibu hamil untuk menghindari penggunaan kosmetik yang mengandung merkuri, pemutih, dan obat jerawat. Termasuk tidak mengkonsumsi kopi, minuman beralkohol dan merokok.

Pemenuhan nutrisi tersebut, tambah dr Boy, bisa diperoleh dari produk susu ibu hamil maupun dari unsur alami. Misalnya untuk asam folat dapat diperoleh dari sayur-sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, daging yang berwarna merah, buahan-buahan dan khususnya alpukat. Meskipun antara ibu hamil satu dengan yang lain contohnya mengkonsumsi nutrisi yang sama, bukan berarti kondisi bayinya akan sama. "Ada penelitian yang mengatakan meskipun ibu hamil mengkonsumsi gizi yang cukup, jika tidak ada reseptornya yang menangkap dengan baik, maka tidak mudah diserap oleh janin dalam kandungan. Itu sebabnya kenapa ada kejadian ibu hamil yang makannya sedikit tetapi bayinya gede, dan ada yang makan banyak `kok bayinya kecil?"ucapnya. Reseptor sendiri dipengaruhi oleh faktor kromosom, genetik dan DNA masing-masing individu.

Sementara itu Product Manager Prenagen Tiffany P Suwandi mengatakan pihaknya sengaja melaksanakan kegiatan "Prenagen Pregnancy Educational Journey" itu sebagai upaya memberikan edukasi pada orang tua maupun calon orang tua untuk mempersiapkan generasi penerus yang sehat dan cerdas. Dengan edukasi yang telah tersampaikan, diharapkan khususnya para ibu dapat memperhatikan asupan nutrisi di saat masa kehamilan maupun masa menyusui dengan baik. "Selain itu, kegiatan ini sebagai upaya Prenagen untuk turut menekan angka kematian ibu saat melahirkan," ucap Tiffany.

Tiffany menjelaskan rangkaian produk Prenagen telah dirancang khusus dan menjadi rangkaian nutrisi lengkap untuk ibu yang mempersiapkan kehamilan, ibu hamil, dan menyusui, yang mengandung gizi penting untuk tumbuh kembang janin. Prenagen juga hadir dengan formula baru Prenagen Biofe yang merupakan rangkaian nutrisi terlengkap mengandung zat besi, asam folat, kalsium, inulin, serta vitamin dan mineral yang penting untuk ibu dan membantu tumbuh kembang janin. "Kandungan zat besi telah melalui proses mikroenkapsulasi sehingga lebih banyak diserap tubuh dan rasanya lebih enak.

Dewi Matina, salah satu peserta "Prenagen Pregnancy Educational Journey" mengatakan lewat rangkaian acara itu dipandang sangat bagus untuk menambah pengetahuan bagi ibu-ibu hamil. "Apalagi saya saat ini sedang hamil sehingga dapat mengetahui makanan apa saja yang nutrisinya banyak dan bagus untu bayi. Saya harap acara seperti ini sering-sering diadain," ujar Matina yang datang didampingi suaminya itu. Lain lagi dengan pengakuan Devita, ibu muda dari Denpasar itu mengaku telah mengkonsumsi Prenagen saat hamil dan terbukti anak yang dilahirkan sehat serta berat bayi yang dilahirkan ideal. "Awalnya saya disarankan oleh ibu untuk mengkonsumsi Prenagen, tetapi setelah saya coba ternyata rasanya pas dan tidak membuat saya mual, apalagi ketika ngidam," kata Devita. (WDY)

Pewarta: Oleh Ni Luh Rhismawati

Editor : Ni Luh Rhismawati


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015