Singaraja (Antara Bali) - Sejumlah petani stroberi di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali mengalami kerugian besar akibat hujan intensitas tinggi mengguyur tanaman bernilai ekonomis itu.
"Akibat hujan yang terjadi secara terus menerus dalam beberapa bulan terakhir ini mengakibatkan produksi berkurang hingga 70 persen," kata Gede Lantur (50), salah seorang petani stroberi di pesisir Danau Buyan, Desa Pancasari, Senin.
Ia mengembangkan tanaman stroberi pada lahan seluas hampir 50 are menanam investasi sebesar Rp3 juta untuk membeli bibit dan pupuk.
Tanaman yang telah berumur dua bulan itu sebenarnya sudah mulai menghasilkan, akibat diguyur hujan secara terus menerus tanaman menjadi mati. Beberapa tanaman yang hidup mau berbuat namun buahnya busuk.
"Hanya beberapa tanaman saja yang berbuah bagus sehingga hasil panen kali ini tidak maksimal, bahkan mengalami kerugian," ujar Gede Lantur.
Ia mengungkapkan, hasil panen tahun ini lebih rendah dari hasil panen tahun lalu, mengingat hujan yang turun hampir setiap hari yang sangat berpengaruh terhadap tanaman stroberi.
Produksi tanaman stroberi hanya sekitar dua kuwintal, menurun dibandingkan panen sebelumnya yang mencapai 5-6 kuwintal. Setiap kilogramnya laku dijual Rp15.000-Rp20.000 kepada pengepul.
Kerugian yang dialami akibat hujan tersebut sangat berpengaruh terhadap pendapatan setiap bulan. Biasanya setiap bulannya memperoleh penghasilan sekitar Rp7 juta, namun sekarang hanya Rp4 juta, termasuk untuk biaya pembelian bibit dan pupuk yang mencapai Rp3 juta. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Akibat hujan yang terjadi secara terus menerus dalam beberapa bulan terakhir ini mengakibatkan produksi berkurang hingga 70 persen," kata Gede Lantur (50), salah seorang petani stroberi di pesisir Danau Buyan, Desa Pancasari, Senin.
Ia mengembangkan tanaman stroberi pada lahan seluas hampir 50 are menanam investasi sebesar Rp3 juta untuk membeli bibit dan pupuk.
Tanaman yang telah berumur dua bulan itu sebenarnya sudah mulai menghasilkan, akibat diguyur hujan secara terus menerus tanaman menjadi mati. Beberapa tanaman yang hidup mau berbuat namun buahnya busuk.
"Hanya beberapa tanaman saja yang berbuah bagus sehingga hasil panen kali ini tidak maksimal, bahkan mengalami kerugian," ujar Gede Lantur.
Ia mengungkapkan, hasil panen tahun ini lebih rendah dari hasil panen tahun lalu, mengingat hujan yang turun hampir setiap hari yang sangat berpengaruh terhadap tanaman stroberi.
Produksi tanaman stroberi hanya sekitar dua kuwintal, menurun dibandingkan panen sebelumnya yang mencapai 5-6 kuwintal. Setiap kilogramnya laku dijual Rp15.000-Rp20.000 kepada pengepul.
Kerugian yang dialami akibat hujan tersebut sangat berpengaruh terhadap pendapatan setiap bulan. Biasanya setiap bulannya memperoleh penghasilan sekitar Rp7 juta, namun sekarang hanya Rp4 juta, termasuk untuk biaya pembelian bibit dan pupuk yang mencapai Rp3 juta. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015