Denpasar (Antara Bali) - Pelaku industri pariwisata perlu melakukan tindakan kesadaran masyarakat dan mengedukasi warga mengenai krisis air yang terjadi di daerah Bali.

"Krisis air tersebut ke depannya pasti akan terjadi, sebab kebutuhan air semakin tahun semakin meningkat dan tanpa ada usaha untuk menghemat kebutuhan air itu," kata Penasehat Program dari Yayasan IDEP Selaras Alam, Florence Cattin di sela diskusi tentang "Program Penyelamatan Air" di Denpasar, Selasa.

Ia mengatakan lebih dari 77.000 kamar hotel yang terdaftar dan fasilitas pemesan berjaringan yang mempromosikan jutaan vila untuk disewakan dan mengumumkan target 30 juta wisatawan di tahun 2029. "Dengan pesatnya perkembangan sektor pariwisata sehingga kebutuhan air pun semakin meningkat untuk kebutuhan fasilitas sektor tersebut, sehingga air di Bali terus semakin krisis," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya terus berupaya mengumpulkan dukungan dari masyarakat dan pemangku kepentingan pariwisata untuk terwujudnya program penyelamatan air tanah Bali dan ekspansi sistem yang dapat berguna bagi daerah kering yang berisiko untuk menyelamatkan ketahanan pangan dan air kawasan.

"Program ini tidak akan bisa tercapai hanya digerakkan oleh satu lembaga atau organisasi saja, semua pihak harus bekerja sama untuk menyelamatkan air tanah tersebut," ujarnya.

Ia mengatakan jika usaha ini tidak dilakukan mulai sekarang, maka krisis air akan sulit terhindari. Bahkan akan lebih parah lagi. "Apalagi usaha untuk penanaman pohon di hulu tidak bisa secara maksimal, ini juga akan lebih memperparah ketersediaan air bawah tanah," katanya. (WDY)

Pewarta: Oleh I Komang Suparta

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015