Denpasar (Antara Bali) - Guru Besar Sosiologi Bidang Agama Prof Dr Drs I Gusti Ngurah Sudiana, MSI menilai, kehidupan masyarakat Bali hingga kini kental dengan aktivitas religius, meskipun sudah bergaul dengan masyarakat internasional.

"Praktek keagamaan orang Bali sangat menonjol kegiatan serimonialnya, dan secara terus menerus menghaturkan sesaji dan rangkaian janur kombinasi buah, kue untuk mohon keselamatan dan kedamaian," kata Prof Sudiana yang juga ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali di Denpasar, Senin.

Ia mengatakan, orang Bali senantiasa menghias tempat suci (sanggah, pura) saat berlangsungnya kegiatan ritual serta berbaris dalam pergerakan-pergerakan massal sehingga tampak sangat sibuk dalam mempraktekkan agama. Selain itu juga melakoni adat istiadat Bali yang merupakan tata cara kehidupan tradisional masyarakat Pulau Dewata yang bersumber pada ajaran agama dan ciri dari kebudayaan daerah Bali.

Prof Sudiana menambahkan, mencermati kehidupan sosial kultural seperti sebuah pembaharuan itu tidak mesti harus merupakan peningkatan mutlak terhadap segala sesuatu yang ada dalam kehidupan sosial.

Sikap memperbaharui yang lama dalam artian meneruskan nilai-nilai tradisi, tetapi membuang segi-segi yang tidak cocok lagi dengan perkembangan zaman dan sikap ekstrim dengan menghilangkan segala yang dinilai tidak modern. "Dalam variasi pemikiran itulah timbul konflik, gagasan, ide bidang kebudayaan maupun cara bersikap. Proses belajar dari sistem budaya dilakukan melalui pembudayaan atau pelembagaan," ujar Ngurah Sudiana.

Hal itu penting karena dalam proses pelembagaan, seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap dengan adat-istiadat, sistem norma dan peraturan yang hidup dalam masyarakat. Budaya religius masyarakat Bali sebenarnya mampu menghindarkan orang Bali untuk tidak bunuh diri, namun kenyataannya pertahanan orang Bali di era transformasi sosial dalam menghadapi masalah belum sekuat budaya dan aktivitas sosial religius yang dilakukan.

Dalam transformasi sosial kehidupan orang Bali saat ini sejalan dengan teori fetisisme komoditas, bahwa segala komoditas semakin mudah terjangkau, berkat lebih mudah mendominasi kesadaran orang, ujar Ngurah Sudiana. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015