Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan wacana pengelolaan Taman Budaya (Art Center) oleh Perusda Bali bukan untuk tujuan komersialisasi.

"Bukan berarti komersialisasi, tetapi semacam retribusi, karena ada sesuatu yang diberikan, maka ada sesuatu yang juga diberikan kembali," kata Pastika saat memberi keterangan pada wartawan, di Denpasar, Kamis.

Pihaknya sependapat jika Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar mahasiswanya berpraktik di Taman Budaya karena dapat menjadi semacam laboratorium praktiknya.

"Saya `kan dikritik terus kenapa kok Art Center itu hanya ramai saat PKB, kenapa tidak tiap hari ada kegiatan di sana karena namanya pusat seni, seni segala macam yang penting temanya Bali. Kira-kira arahnya ke sana," ujarnya.

Namun, ucap dia, kalau kegiatan seperti itu digelar tiap hari, tentunya memerlukan uang untuk pembiayaannya. "Apa sepenuhnya dibiayai APBD. Kalaupun dibiayai APBD, harus ada duit juga yang masuk ke APBD untuk mengurusi itu," tegasnya.

Pastika mengatakan selama ini biaya pengelolaan Taman Budaya sudah cukup besar. Apalagi jika Taman Budaya dibuat "hidup" setiap hari tentunya harus dipikirkan biaya konsumsi kepada para penari, pembayaran listrik, memperbaiki alat-alat yang kemungkinan rusak hingga menjaga kebersihan dan kalau bisa memberikan honor untuk anak-anak yang menari supaya lebih bersemangat.

"Darimana duitnya, apa mesti dari APBD? Jadi, bukan dikomersialkan, tetapi ada untuk membiayainya karena masih banyak masyarakat Bali yang hidup kelaparan," ujarnya.

Pastika menegaskan, para seniman itu harus punya masa depan, dan optimalisasi Taman Budaya itu sebagai bentuk apresiasi pada seniman karena di sana bisa dipamerkan juga produk-produk kerajinan yang memang berkualitas.

"Tidak perlu munafik, memang semuanya `ngayah` (bekerja dengan ikhlas)? harus `mayah` atau bayar juga. Saya bukan apa-apa, seni itu harus makan orangnya, dan untuk kasih makan harus pakai duit," katanya.

Pastika menambahkan, jikapun ada uang yang masuk dari optimalisasi Taman Budaya, dipastikan itu tidak akan membebani masyarakat secara berlebihan dan wacana untuk melibatkan Perusda Bali dalam langkah tersebut karena merupakan bagian dari Badan Usaha Milik Daerah.

"Bukan komersialisasi, kalau komersialisasi semata-mata profit. Ini untuk benefit. Perusda harus ikut daripada diserahkan ke swasta karena untungnya juga nanti masuk ke provinsi," katanya.

Di sisi lain, ujar Pastika, terkait bentuk kerja sama Taman Budaya dengan ISI Denpasar juga perlu dimatangkan kembali bagaimana mekanismenya sehingga dapat saling menguntungkan. (WDY)

Pewarta: Oleh Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015