Denpasar (Antara Bali) - Sejumlah pedagang daging ayam di Pasar Tradisional Denpasar, Bali mengeluhkan sepinya pembeli akibat dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), meskipun harga ayam potong itu sudah mengalami penurunan harga.

"Pembeli masih sepi, mungkin penyebabnya karena kenaikan harga BBM," ujar Sumiati, seorang pedagang daging ayam, di Pasar Badung, Denpasar, Senin.

Ia mengatakan, kondisi penjualan daging ayam mulai mengalami penurunan pembeli sejak pemerintah mengeluarkan kebijakan kenaikan harga BBM tersebut pada Sabtu (28/3) lalu. Selain akibat dampak kenaikan harga BBM, menurut dia, penurunan omzet penjualan daging ayam tersebut juga karena persaingan dagang yang terjadi saat ini.

"Padahal persediaan stok daging ayam dari agen pemotongan cukup banyak dan harganya sudah turun, namun tidak mempengaruhi permintaan konsumen akan ayam potong itu," ujarnya.

Untuk harga daging ayam saat ini, kata dia, masih kisaran harga Rp26.000 per kilogram, dimana sebelum naiknya harga BBM harganya mencapai Rp30.000 per kilogram. Pihaknya mengakui untuk jenis daging ayam yang dijual ditempatnya itu khusus ayam broiler dan tidak menjual ayam kampung karena harganya masih cukup mahal.
"Sebelum naiknya harga BBM, dalam sehari saya mampu menjual 20 hingga 30 kilogram daging ayam. Namun, saat ini kurang dari 20 kilogram," ujarnya.

Hal berbeda dikatakan Made Peni seorang pedagang daging ayam di Pasar Kumbasari, Denpasar, mengakui penurunan omzet pejualan daging ayam saat ini diakibatkan sepinya konsumen dan pasokan daging ayam dari distributor cukup banyak. (WDY)

Pewarta: Oleh I Made Surya

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015