Denpasar (Antara Bali) - Terobosan dan gebrakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti terhadap kapal-kapal ilegal yang beroperasi menangkap ikan di perairan Indonesia membuahkan hasil yang signifikan bagi pengusaha sektor perikanan Bali.

Dampak yang mulai dirasakan di Pulau Dewata, yakni meningkatkan peran subsektor perikanan dalam pembentukan nilai tukar petani (NTP) sebesar 1,30 persen pada bulan Februari 2015 serta indeks harga yang diterima oleh nelayan (lt) bertambah 0,52 persen.

Pada sisi lain indeks harga yang dibayar (lb) menurun sebesar 0,77 persen sehingga pendapatan nelayan mengalami penaikan, khususnya harga-harga pada kelompok komoditas perikanan tangkap sebesar 0,76 persen dan budi daya 0,08 persen.

Komoditas perikanan tangkap yang mengalami penaikan harga, antara lain ikan lemuru dan tuna serta perikanan budi daya meliputi ikan nila, patin, dan gurami.

Pertumbuhan hasil tangkapan ikan laut pada Triwulan IV 2014 mencapai 98 persen (yoy), yakni sebanyak 10,6 ribu ton angka yang relatif cukup baik, kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Dewi Setyowati.

Dalam laporan kajian ekonomi regional Bali, berdasarkan hasil survei, disebutkan bahwa tingginya angka pertumbuhan tersebut berkat kondisi cuaca yang lebih mendukung dibandingkan tahun sebelumnya. Di samping itu, pemberantasan penangkapan ikan ilegal (illegal fishing) yang dilakukan secara konsisten.

Namun, perkembangan kinerja subkatagori perikanan masih dibayangi dengan beberapa perusahaan eksportir Provinsi Bali yang masih belum memenuhi standar negara pembeli ikan dari Bali sehingga kinerja ekspor perikanan, khususnya ikan tuna, mengalami pelambatan.

Walau dalam volume pengiriman tuna ke pasaran ekspor naik hingga 60 persen dari sebanyak 16.337 ton pada tahun 2013 bernilai 76,8 juta dolar AS menjadi 26.168 ton pada tahun 2014, perolehan devisa sebesar 78,4 juta dolar atau berkurang 2 persen.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali menyatakan akibat cuaca kurang menguntungkan di awal 2014, hasil tangkapannya berkurang. Tidak pelak lagi perolehan devisa sektor perikanan selama 2014 sebesar 113 juta dolar atau turun 1,5 persen dari sebelumnya sebesar 114,8 juta dolar.

Perdagangan sektor perikanan Bali sebagian besar berupa tuna segar maupun yang sudah dibekukan guna memenuhi permintaan pasar mancanegara. Di samping itu, juga memperdagangkan kepiting, ikan kakap, ikan kerapu, lobster, dan ikan hias hidup.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar menambahkan bahwa Jepang menjadi pasaran potensial ekspor ikan dan udang yang menyerap 30,76 persen dari total pengapalan hasil perikanan dan kelautan Pulau Dewata.

Negara berikutnya, Amerika Serikat yang menampung 19,60 persen, kemudian di tempat ketiga pembeli terbesar sektor perikanan Bali adalah Taiwan dengan 12,66 persen, serta sisanya diserap oleh berbagai negara lainnya di belahan dunia.

Penguatan Poros

Dewi Setyowati mendukung penguatan poros kemaritiman di Pulau Dewata karena memiliki keunggulan sekaligus sebagai salah satu solusi menyikapi tantangan ekonomi nasional dan global.

Upaya penguatan poros kemaritiman kini masih dihadapkan pada sejumlah kendala, terutama dalam hal infrastruktur, karena jumlah dan kapasitas kapal serta pelabuhan pendukung yang masih terbatas.

Demikian pula, kondisi pelabuhan dan infrastruktur pendukung belum memadai sehingga menyebabkan kendala dalam pemenuhan pasokan. Oleh sebab itu, bank sentral tersebut mendukung penuh kebijakan pemerintah untuk memprioritaskan pembangunan infrastruktur pelabuhan, seperti pengembangan Pelabuhan Amed di Kabupaten Karangasem yang akan menghubungkan Pelabuhan Mapak di Nusa Tenggara Barat, pengembangan Pelabuhan Gunaksa di Kabupaten Klungkung dengan menyelesaikan pembangunan jalan akses, dermaga, dan terminal.

Selain itu, pengembangan dan pengoperasian Pelabuhan Tanah Ampo, pengembangan Pelabuhan Celukan Bawang di Kabupaten Buleleng, optimalisasi Pelabuhan Gilimanuk, dan optimalisasi Pelabuhan Benoa di Kota Denpasar.

Dengan selesainya seluruh pembangunan infrastruktur pelabuhan tersebut, diharapkan konektivitas antardaerah menjadi lebih baik sehingga dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi Bali dan menjaga stabilitas pasokan barang di Pulau Dewata.

Selama 2014 pertumbuhan ekonomi Bali sebesar 6,72 persen hingga tercatat mencapai Rp156,4 triliun. Ekspor luar negeri mendominasi pertumbuhan ekonomi Bali yang mampu memberikan sumbangan sebesar 6,33 persen dengan komoditas ekspor utama, salah satunya dari komoditas perikanan dengan pangsa sebesar 24,64 persen.

Hal itu tidak terlepas dari daya saing sejumlah komoditas yang masih relatif cukup tinggi selama empat tahun terakhir, terutama komoditas ikan tuna, ikan hias hidup, ikan kakap, kepiting, dan kerapu.

Tingkatkan Produksi

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali Made Gunaja mengatakan bahwa pihaknya bertekad untuk mampu meningkatkan produksi perikanan laut maupun hasil perikanan tangkap pada tahun 2015.

Berbagai upaya dan terobosan telah dilakukan, termasuk memberdayakan para nelayan dengan berbagai kemudahan dan bantuan dengan harapan mampu memacu peningkatan produksi sektor perikanan.

Produksi perikanan tangkap pada tahun 2015 diharapkan meningkat minimal 2 persen dibanding tahun sebelumnya. "Kami tidak memasang sasaran terlalu ekstrem karena pada tahun 2013 ke 2014 produksi meningkat 14 persen," katanya.

Bali menghasilkan perikanan tangkap sebanyak 118.241 ton selama 2014, atau meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 103.591 ton.

Perikanan tangkap itu meliputi hasil tangkapan di laut dan di perairan umum, seperti waduk, danau, sungai, dan rawa-rawa. Namun, yang paling dominan hasil penangkapan di laut sebanyak 116.909 ton.

Hasil tangkapan itu paling banyak adalah ikan tuna sebanyak 25.277 ton, atau meningkat 8,4 persen dibandingkan tahun 2013 sebanyak 23.319 ton. Selain itu, juga ikan tongkol dan cakalang. Ketiga jenis ikan itu produksinya mencapai 59.276 ton, atau naik 22 persen dibandingkan tahun 2013 sebanyak 58.400 ton.

Nelayan Denpasar, termasuk perusahaan yang operasional menggunakan kapal penangkapan ikan skala besar, memberikan kontribusi tertinggi (45.718 ton) karena memang tuna paling banyak ditangkap oleh nelayan maupun anak buah kapal (ABK) yang berpangkalan di Pelabuhan Benoa, Denpasar.

Di Pelabuhan Benoa terdapat sekitar 1.100 kapal yang melakukan penangkapan ikan hingga ke perairan Papua dan perairan lainnya di Nusantara.

Demikian pula, kata Made Gunaja, kontribusi perikanan tangkap dari delapan kabupaten lainnya di Bali, yakni Badung sebanyak 6.113 ton, Tabanan (884 ton), Jembrana (22.436 ton), Buleleng (17.809 ton), Karangasem (21.534 ton), Klungkung (2.000 ton), Gianyar (814 ton), dan Bangli (929 ton).

Pihaknya dalam meningkatkan produksi tersebut pada tahun 2015 memberikan bantuan mesin tempel kepada nelayan di tiga kabupaten, yakni Karangasem, Jembrana, dan Buleleng sebanyak 117 unit serta 60 unit perahu. (ADT)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Nyoman Aditya T I


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015