Bogor (Antara Bali) - Orang tua seharusnya membatasi konsumsi gula pada anak-anak untuk mencegah kerusakan gigi dan penyakit diabetes melitus, kata pakar penyakit dalam endokrinologi Dr Rochsismandoko SpPD.KEMD.

"Yang dibutuhkan tubuh bukan gula, melainkan kalori. Kalori bisa diperoleh dari bahan makanan lain selain gula," kata Rochsismandoko pada bincang-bincang yang diadakan PT Unilever Indonesia Tbk dalam rangka Hari Kesehatan Gigi Dunia 2015 di kawasan Sentul, Bogor, Kamis (19/3) malam.

Dalam paparannya, Rochsis menyampaikan berdasarkan temuan Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sejak Mei 2009 hingga Februari 2011 di Indonesia terdapat 590 anak dan remaja berusia kurang dari 20 tahun menyandang diabetes tipe 1.

Ia mengatakan anak usia prasekolah memerlukan gula 16,7 gram per hari, usia empat tahun hingga delapan tahun 12,5 gram per hari, dan usia praremaja hingga remaja memerlukan 21 gram hingga 33 gram per hari. Untuk mempermudah penghitungan, satu sendok makan kira-kira berisi delapan gram gula pasir.

Selain itu, orang tua hendaknya memperhatikan makanan dan minuman ringan yang dikonsumsi anak. "Biasakan membaca label yang ada pada kemasan. Kalau kandungan kalorinya melebihi yang dianjurkan, lebih baik jangan dikonsumsi," katanya.

Rochsis mengatakan gula yang dikonsumsi pada waktu yang tidak tepat juga dapat memicu asam di mulut yang mengakibatkan karies pada gigi. "Gula yang dikonsumsi di antara waktu makan menghasilkan asam selama 20 menit. Gula yang dikonsumsi saat makan memiliki risiko karies yang ringan," katanya.

Gula yang dikonsumsi di antara waktu makan memiliki risiko karies sedang. Risiko karies terbesar ada pada konsumsi gula yang terdapat di dalam permen yang lengket. Head of Professional Relationship Oral Care PT Unilever Indonesia Tbk drg Ratu Mirah Afifah mengatakan penggunaan botol susu yang terlalu lama pada anak juga dapat menyebabkan karies gigi. (WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015