Denpasar (Antara Bali) - Harga kopi jenis arabika hasil perkebunan rakyat di tingkat petani di Kabupaten Buleleng, Bangli dan Badung, Bali hingga awal Pebruari 2015 mencapai Rp53.000 per kilogram naik keras jika dibandingkan awal Januari 2014 yang hanya seharga Rp35.000 per kg.

"Petani memproduksi buah kopi berkualitas sehingga harga pun terus merangkak dan hal itu membawa perbaikan kesejahteraan masyarakat di perdesaan," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali I Dewa Made Buana Duwuran, di Denpasar Jumat.

Ia mengatakan, naik perolehan harga hasil perkebunan rakyat itu tentu berkat kopi arabika Kintamani, Kabupaten Bangli mampu meraih sertifikat Indikasi Geografis (SIG) karena komoditas perkebunan itu berkualitas dengan berbagai kelebihan dan keunggulan.

Petani Bali semakin pintar dalam memproduksi hasil perkebunan sehingga kualitas barang yang diperdagangkan tetap stabil yakni melalui pemetaan hasil yang dilakukan secara selektif yakni memetik buah-buah yang sudah masak optimal ( warna merah).

Petani kemudian mengolah dengan cara olah basah yang dilakukan oleh kelompok-kelompok pengolah hasil perkebunan yang disebut Unit Pengolah Hasil (UPH) yang sudah ada di wilayahnya sehingga harga yang dapat dinikmati petani cukup bagus, ujar kata Dewa Made Buana Duwuran.

Dewa Made Buana Duwuran menambahkan, luas areal kopi arabika khususnya kebun rakyat hingga akhir tahun 2014 tercatat 150 hektare yang diusahakan oleh 18.241 kepala keluarga petani yang tersebar di daerah pegunungan di tiga kabupaten.

Kopi Arabika Bali termasuk kopi "specialty" dan telah mendapat sertifikat Indikasi Geografis dari Kementerian Hukum dan HAM RI sehingga mendapat kepercayaan dari konsumen luar negeri, terutama pembeli dari Jepang maupun Eropa.

Harga kopi arabika maupun robusta di daerah ini selama tahun 2014 memang terus mengalami kenaikan, termasuk hasil budidaya lainnya seperti kakao, vanili, jambu mete dan tembakau yang semuanya sudah memasuki pasar ekspor.

Harga hasil perkebunan rakyat di daerah ini hendaknya tetap stabil untuk membantu masyarakat pekebun meningkatkan produksi dengan kualitas yang diinginkan konsumen mancanegara, sebab kopi Bali umumnya sudah memasuki pasar ekspor.

Dewa Made Buana Duwuran menyebutkan, kakao hasil perkebunan rakyat Bali yang mulai memasuki pasar ekspor juga mengalami kenaikan dari Rp32.000 pada Januari 2014 menjadi Rp32.500/kg dalam minggu IV Januari 2015. Penambahan nilai jual tersebut cukup berarti bagi masyarakat pekebun di daerah perdesaan. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015