Jakarta (Antara Bali) - Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) menilai bahwa adanya stimulus keuangan bank sentral Eropa dan Jepang akan mempermudah penerbitan surat utang global atau "global bond" baik yang diterbitkan pemerintah maupun korporasi.
"Adanya stimulus itu akan banyak uang beredar di pasar dan dapat meningkatkan `demand` terhadap surat utang negara (SUN) ataupun obligasi korporasi. Dengan kondisi itu, baik pemerintah maupun korporasi jadi lebih mudah menerbitkan `global bond`," ujar Direktur IBPA Wahyu Trenggono di Jakarta, Rabu.
Ia menambahkan bahwa stimulus itu juga akan mendorong permintaan surat utang meningkat, dengan demikian pemerintah maupun korporasi yang memiliki rencana untuk menerbitkan surat utang global tidak dituntut untuk memberikan imbal hasil (yield) yang tinggi.
Namun, ia mengatakan bahwa faktor yang perlu diperhatikan adalah fluktuasi nilai tukar rupiah. Jika fluktuasinya tidak stabil maka dapat mengurangi minat investor untuk menyerap surat utang yang diterbitkan.
"Kalau nilai tukar kita terlalu volatile akan membuat investor asing rugi, yang penting pergerakannya masih bisa diprediksi pasar," katanya.
Wahyu Trenggono menambahkan bahwa adanya stimulus dari bank sentral Eropa juga berdampak pada semakin meningkatnya investor asing yang menginvestasikan dananya di "emerging market", salah satunya di pasar SUN Indonesia.
"Kepemilikan asing dalam sepekan tercatat naik sebesar Rp16,90 triliun menjadi Rp499,98 triliun per 29 Januari 2015," paparnya.
Sementara institusi lain yang juga mencatatkan peningkatan kepemilikan obligasi Bank Indonesia yakni sebesar Rp11,76 triliun menjadi Rp35,98 triliun. Sebaliknya, kepemilikan obligasi oleh perbankan mencatakan penurunan sebesar Rp25,13 triliun dalam sepekan (26-30 Januari 2015).
Selama pekan itu, lanjut dia, transaksi lebih banyak didominasi oleh SUN bertenor pendek dan panjang. Dalam sepekan, total volume SUN bertenor pendek tercatat senilai Rp18,31 triliun, sementara volume SUN bertenor panjang tercatat sebanyak Rp32,91 triliun. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Adanya stimulus itu akan banyak uang beredar di pasar dan dapat meningkatkan `demand` terhadap surat utang negara (SUN) ataupun obligasi korporasi. Dengan kondisi itu, baik pemerintah maupun korporasi jadi lebih mudah menerbitkan `global bond`," ujar Direktur IBPA Wahyu Trenggono di Jakarta, Rabu.
Ia menambahkan bahwa stimulus itu juga akan mendorong permintaan surat utang meningkat, dengan demikian pemerintah maupun korporasi yang memiliki rencana untuk menerbitkan surat utang global tidak dituntut untuk memberikan imbal hasil (yield) yang tinggi.
Namun, ia mengatakan bahwa faktor yang perlu diperhatikan adalah fluktuasi nilai tukar rupiah. Jika fluktuasinya tidak stabil maka dapat mengurangi minat investor untuk menyerap surat utang yang diterbitkan.
"Kalau nilai tukar kita terlalu volatile akan membuat investor asing rugi, yang penting pergerakannya masih bisa diprediksi pasar," katanya.
Wahyu Trenggono menambahkan bahwa adanya stimulus dari bank sentral Eropa juga berdampak pada semakin meningkatnya investor asing yang menginvestasikan dananya di "emerging market", salah satunya di pasar SUN Indonesia.
"Kepemilikan asing dalam sepekan tercatat naik sebesar Rp16,90 triliun menjadi Rp499,98 triliun per 29 Januari 2015," paparnya.
Sementara institusi lain yang juga mencatatkan peningkatan kepemilikan obligasi Bank Indonesia yakni sebesar Rp11,76 triliun menjadi Rp35,98 triliun. Sebaliknya, kepemilikan obligasi oleh perbankan mencatakan penurunan sebesar Rp25,13 triliun dalam sepekan (26-30 Januari 2015).
Selama pekan itu, lanjut dia, transaksi lebih banyak didominasi oleh SUN bertenor pendek dan panjang. Dalam sepekan, total volume SUN bertenor pendek tercatat senilai Rp18,31 triliun, sementara volume SUN bertenor panjang tercatat sebanyak Rp32,91 triliun. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015