Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar, meluncurkan buku berisi kumpulan puisi berjudul `Aku Lihat Bali` hasil karya penyair setempat yang diterbitkan tahun 2015.
"Kegiatan itu dirangkum dalam program Pustaka Bentara digelar Jumat (6/2)," kata Editor dan Redaktur Budaya, Damhuri Muhammad di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan buku kumpulan puisi tersebut adalah karya Mas Triadnyani, penyair yang juga dosen Fakultas Sastra Universitas Udayana.
Buku "Aku Lihat Bali" (Penerbit Koekoesan) merupakan antologi tunggal keduanya, setelah sebelumnya terbit buku `Mencari Pura` (2011). Antologi kedua ini merangkum karya-karya terpilih karya Mas Triadnyani yang digarap selama kurun waktu penciptaan 2010 hingga 2012.
Damhuri Muhammad, alumnus pascasarjana Universitas Gadjah Mada akan tampil sebagai pembicara dalam diskusi peluncuran buku itu, memperbincangkan bagaimana penyair mengeksplorasi tema-tema terkait Bali, mencerminkan pergulatan batin yang mempribadi sekaligus sebentuk kepedulian sosial sang penyair terkait dinamika perubahan yang telah dan tengah terjadi di Pulau dewata.
Menurut Damhuri Muhammad, dalam tulisannya, Mas Triadnyani lebih terang memaklumatkan laku etik lewat puisi-puisinya dalam buku `Aku Lihat Bali`.
Laku etik yang dimaksud adalah upaya penyair meresapkan implikasi etik, baik pada saat penciptaan sedang berlangsung maupun sesudahnya.
"Setelah mendalami puisi yang berjudul sama dengan buku Mas Triadnyani kali ini, `Aku Lihat Bali`", Damhuri merasa bahwa Bali tidaklah seindah dulu.
Penyair menggunakan dua sudut pandang dalam melihat Bali, yakni pertama, Bali sebagai realitas urban, dengan kata mal, cafe, obral, diskon, dan hotel berlantai empat dan yang kedua Bali sebagai realitas rural, dengan kata; subak, pohon kelapa, arak, dan tajen.
"Tidak ada yang sanggup melawan perubahan, bahkan orang yang berpijak di tanah Bali dan yang paling absah memiliki Pulau Dewata sekalipun," ujar Damhuri Muhammad.
Memaknai peluncuran tersebut, akan ditampilkan pula berbagai bentuk alih kreasi yang berangkat dari puisi-puisi dalam buku `Aku Lihat Bali`, berupa video dokumenter garapan Putu Satria Kusuma.
Selain itu juga pembacaan puisi oleh Cok Sawitri, pementasan Teater Takhta, serta musikalisasi puisi oleh Kelompok Kertas Budaya, Jembrana, arahan Nanoq da Kansas. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Kegiatan itu dirangkum dalam program Pustaka Bentara digelar Jumat (6/2)," kata Editor dan Redaktur Budaya, Damhuri Muhammad di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan buku kumpulan puisi tersebut adalah karya Mas Triadnyani, penyair yang juga dosen Fakultas Sastra Universitas Udayana.
Buku "Aku Lihat Bali" (Penerbit Koekoesan) merupakan antologi tunggal keduanya, setelah sebelumnya terbit buku `Mencari Pura` (2011). Antologi kedua ini merangkum karya-karya terpilih karya Mas Triadnyani yang digarap selama kurun waktu penciptaan 2010 hingga 2012.
Damhuri Muhammad, alumnus pascasarjana Universitas Gadjah Mada akan tampil sebagai pembicara dalam diskusi peluncuran buku itu, memperbincangkan bagaimana penyair mengeksplorasi tema-tema terkait Bali, mencerminkan pergulatan batin yang mempribadi sekaligus sebentuk kepedulian sosial sang penyair terkait dinamika perubahan yang telah dan tengah terjadi di Pulau dewata.
Menurut Damhuri Muhammad, dalam tulisannya, Mas Triadnyani lebih terang memaklumatkan laku etik lewat puisi-puisinya dalam buku `Aku Lihat Bali`.
Laku etik yang dimaksud adalah upaya penyair meresapkan implikasi etik, baik pada saat penciptaan sedang berlangsung maupun sesudahnya.
"Setelah mendalami puisi yang berjudul sama dengan buku Mas Triadnyani kali ini, `Aku Lihat Bali`", Damhuri merasa bahwa Bali tidaklah seindah dulu.
Penyair menggunakan dua sudut pandang dalam melihat Bali, yakni pertama, Bali sebagai realitas urban, dengan kata mal, cafe, obral, diskon, dan hotel berlantai empat dan yang kedua Bali sebagai realitas rural, dengan kata; subak, pohon kelapa, arak, dan tajen.
"Tidak ada yang sanggup melawan perubahan, bahkan orang yang berpijak di tanah Bali dan yang paling absah memiliki Pulau Dewata sekalipun," ujar Damhuri Muhammad.
Memaknai peluncuran tersebut, akan ditampilkan pula berbagai bentuk alih kreasi yang berangkat dari puisi-puisi dalam buku `Aku Lihat Bali`, berupa video dokumenter garapan Putu Satria Kusuma.
Selain itu juga pembacaan puisi oleh Cok Sawitri, pementasan Teater Takhta, serta musikalisasi puisi oleh Kelompok Kertas Budaya, Jembrana, arahan Nanoq da Kansas. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015