Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengusulkan perlu dibuat kajian secara komprehensif menyoroti tingginya kasus bunuh diri di Pulau Dewata dalam beberapa waktu terakhir.

"Kami akan bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk membuat kajian itu dan tentunya memerlukan kajian yang lengkap," kata Pastika, di Denpasar, Rabu.

Dia berpandangan, kasus bunuh diri dalam beberapa waktu terakhir di Bali cukup tinggi.

"Untuk ukuran provinsi, rata-rata ada satu setiap hari yang bunuh diri tentu tidak baik," ujarnya.

Oleh karena itu, menurut dia, perlu dipelajari dengan benar mengapa masyarakat begitu mudah untuk melakukan aksi bunuh diri.

"Gampang sekali bunuh diri, apa itu kaitannya ada dengan tradisi puputan," ucapnya mempertanyakan.

Pastika menambahkan bisa jadi yang melakukan aksi bunuh diri tersebut karena menganut paham fatalistis atau dengan kata lain sedikit-sedikit pikirannya ketika ada masalah memutuskan untuk mati.

"Persoalan ekonomi `nggak juga karena bukan orang susah-susah benar itu, masih naik mobil," ucapnya.

Sementara itu, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali Dr Gusti Ngurah Sudiana menyatakan keprihatinannya melihat fenomena begitu mudahnya masyarakat mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

"Semestinya masyarakat jangan putus asa dan bunuh diri, karena hal itu tidak akan menyelesaikan masalah. Justru dampaknya akan menambah masalah," katanya.

Dari sisi Agama Hindu, tambah dia, tindakan bunuh diri dosanya sangat besar karena selama 60 ribu tahun roh yang bunuh diri itu akan berada di alam kegelapan. Tidak itu saja, bagi yang menemukan, menolong, mengupacarai, mengantar ke kuburan, maupun yang mengangkat mereka yang bunuh diri juga akan terkena dosa.

PHDI Bali, ujar Sudiana, sesungguhnya sudah sejak 2004 sudah gencar menyosialisasikan pada masyarakat supaya tidak melakukan bunuh diri. Bahkan pihaknya juga telah menyediakan wadah untuk berkonsultasi bagi umat yang tertimpa masalah, seperti halnya untuk menyelesaikan kasus bagi mereka yang kena "kasepekang" atau dikucilkan.

"Programnya sudah jalan dari 2004, menyosialisasikan bahwa bunuh diri itu adalah dosa. Mungkin saja jika kami tidak turun, jumlah kasusnya akan lebih banyak," ucap Sudiana.

Kasus bunuh diri yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir diantaranya dilakukan oleh salah satu anggota DPRD Kota Denpasar Wayan Darsa (alm), ada juga dilakukan oleh siswa, bahkan pengusaha asal Karangasem dengan istri dan tiga anaknya ditemukan tewas terbakar di sebuah kamar hotel yang diduga merupakan tindakan bunuh diri juga.(WDY)

Pewarta: Oleh Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015