Denpasar (Antara Bali) - Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Bali menyatakan bahwa penghapusan tiket murah maskapai penerbangan dinilai memengaruhi industri pariwisata di Pulau Dewata yang dikhawatirkan menurunkan jumlah kunjungan wisatawan.

"Sulit memberikan gambaran berapa persen pengaruhnya. Tetapi ini pasti berdampak terhadap penurunan wisatawan," kata Ketua Asita Bali Ketut Ardana di Denpasar, Kamis.

Menurut dia, wisatawan yang selama ini menjadi "traveler budget" atau wisatawan dengan biaya rendah akan menjadi terkena dampak terkait kebijakan tersebut.

Hal itu tentunya akan memberikan dampak lanjutan terhadap beberapa hotel yang memberikan fasilitas layaknya fasilitas terjangkau.

Tak hanya kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara juga turut terdampak, padahal, kata dia, pemerintah juga menargetkan kunjungan wisatawan sebanyak 20 juta orang pada tahun 2019, sebagian besar di antaranya dikontribusikan dari Bali.

"Ini kontradiktif dengan target pemerintah untuk mendatangkan 20 juta wisatawan pada 2019," imbuhnya.

Sedangkan Pulau Dewata, kata dia, selama tahun 2014 telah mendatangkan wisatawan khususnya wisatawan asing mencapai hampir 3,5 juta orang, meningkat dari jumlah tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 3,2 juta orang.

Di sisi lain, Ardana mengaku tidak setuju apabila tiket murah tersebut dihapus dan dikaitkan dengan faktor keselamatan penerbangan.

Ia menilai maskapai penerbangan berbiaya murah selama ini membatasi sejumlah pelayanan di luar pelayanan yang kerap diberikan maskapai berbiaya mahal seperti fasilitas makan dan minum atau "full service".  (WDY)

Pewarta: Oleh Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015