Negara (Antara Bali) - Pesanan minyak ikan produksi pengusaha lokal Kabupaten Jembrana menurun, sehingga mereka terpaksa menimbun dulu minyak hasil olahan dari ikan laut tersebut.
Informasi yang dihimpun, Rabu, selain pesanan sepi, harga minyak ikan juga turun tajam, yang menimpa seluruh pengusaha baik industri rumahan maupun pabrik besar.
"Harganya turun hingga Rp11.500 perkilogram, padahal biasanya mencapai Rp17.000. Karena dijual juga rugi, lebih baik disimpan dulu," kata Ipul, salah seorang warga Desa Pengambengan, yang membuka industri rumahan pengolahan minyak ikan.
Warga yang hanya mengandalkan satu dapur perebusan minyak ikan secara manual ini, mengaku, tidak tahu persis penyebab turunnya harga serta sepinya pesanan.
Ia hanya bisa menduga, hal tersebut disebabkan masuknya minyak ikan impor, sehingga pabrik di Jawa yang biasanya membeli minyak ikan dari Bali, memilih untuk menghentikan sementara.
"Sepinya pesanan serta turunnya harga ini juga menimpa usaha sejenis di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Saya menghubungi kawan di kawasan ikan Muncar untuk menjual minyak saya, tapi justru dia yang balik menawarkan minyak ikannya kepada saya," ujarnya.
Keluhan yang sama juga disampaikan pemilik PT Hoswana Bhuana Tunggal (HBT), Tan Hendra Birawan, yang memilih untuk menyimpan dulu minyak ikan produksi pabriknya.
Akibat harga yang sangat rendah dalam satu setengah bulan terakhir, ia mengaku, terpaksa menampung dan menyimpan sekitar 100 ton minyak ikan.
"Kalau dipaksakan untuk dijual saya rugi besar. Jangankan untung, biaya produksi saja tidak bisa tertutupi dengan harga saat ini," katanya.
Menurutnya, salah satu penyebab sepinya pesanan disusul dengan turunnya harga, karena di beberapa wilayah seperti Desa Pengambengan, dan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, sekitar tiga bulan terakhir sedang banjir ikan.
"Akhirnya produksi minyak ikan melimpah, sehingga pabrik yang biasanya membeli kelebihan kuota. Lebih baik saya menunggu hingga harga minyak ini naik," ujarnya.
Disinggung kemungkinan melakukan ekspor, ia mengatakan, harga minyak ikan dunia juga sedang turun, sehingga tetap saja rugi jika melakukannya.
Ia mengaku, pernah dihubungi importir minyak ikan dari Jepang, namun harga yang ditawarkan hanya Rp16 ribu perkilogram, dengan tranportasi ditanggung pihaknya.
"Kalau dipotong transportasi dan lain-lain, harganya sama saja dengan disini. Saya minta harga Rp17.500, dia tidak berani karena kiriman minyak ikan dari Amerika Latin juga melimpah," katanya.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Informasi yang dihimpun, Rabu, selain pesanan sepi, harga minyak ikan juga turun tajam, yang menimpa seluruh pengusaha baik industri rumahan maupun pabrik besar.
"Harganya turun hingga Rp11.500 perkilogram, padahal biasanya mencapai Rp17.000. Karena dijual juga rugi, lebih baik disimpan dulu," kata Ipul, salah seorang warga Desa Pengambengan, yang membuka industri rumahan pengolahan minyak ikan.
Warga yang hanya mengandalkan satu dapur perebusan minyak ikan secara manual ini, mengaku, tidak tahu persis penyebab turunnya harga serta sepinya pesanan.
Ia hanya bisa menduga, hal tersebut disebabkan masuknya minyak ikan impor, sehingga pabrik di Jawa yang biasanya membeli minyak ikan dari Bali, memilih untuk menghentikan sementara.
"Sepinya pesanan serta turunnya harga ini juga menimpa usaha sejenis di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Saya menghubungi kawan di kawasan ikan Muncar untuk menjual minyak saya, tapi justru dia yang balik menawarkan minyak ikannya kepada saya," ujarnya.
Keluhan yang sama juga disampaikan pemilik PT Hoswana Bhuana Tunggal (HBT), Tan Hendra Birawan, yang memilih untuk menyimpan dulu minyak ikan produksi pabriknya.
Akibat harga yang sangat rendah dalam satu setengah bulan terakhir, ia mengaku, terpaksa menampung dan menyimpan sekitar 100 ton minyak ikan.
"Kalau dipaksakan untuk dijual saya rugi besar. Jangankan untung, biaya produksi saja tidak bisa tertutupi dengan harga saat ini," katanya.
Menurutnya, salah satu penyebab sepinya pesanan disusul dengan turunnya harga, karena di beberapa wilayah seperti Desa Pengambengan, dan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, sekitar tiga bulan terakhir sedang banjir ikan.
"Akhirnya produksi minyak ikan melimpah, sehingga pabrik yang biasanya membeli kelebihan kuota. Lebih baik saya menunggu hingga harga minyak ini naik," ujarnya.
Disinggung kemungkinan melakukan ekspor, ia mengatakan, harga minyak ikan dunia juga sedang turun, sehingga tetap saja rugi jika melakukannya.
Ia mengaku, pernah dihubungi importir minyak ikan dari Jepang, namun harga yang ditawarkan hanya Rp16 ribu perkilogram, dengan tranportasi ditanggung pihaknya.
"Kalau dipotong transportasi dan lain-lain, harganya sama saja dengan disini. Saya minta harga Rp17.500, dia tidak berani karena kiriman minyak ikan dari Amerika Latin juga melimpah," katanya.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015