Denpasar (Antara Bali) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali mengimbau masyarakat maupun wisatawan yang berkunjung ke Pulau Dewata agar tidak mengkonsumsi minuman keras (mirsa) saat merayakan malam pergantian tahun 2015.
"Sosialisasi bahaya mengkonsumsi miras sebelum malam pergantian tahun baru sudah sering kami lakukan, baik itu di kota maupun daerah-daerah," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr Ketut Suarjaya, di Denpasar, Rabu.
Namun, upaya menanggulangi dampak peredaraan minuman keras ini harus mendapat dukungan dari seluruh pihak baik itu aparat penegak hukum agar lebih tegas dalam mencegahan peredaran minuman keras itu.
Selain itu, peran tokoh masyarakat mulai dari desa dan perkotaan juga turut memonitor apabila ditemukan adanya pedagang yang menjual minuman keras saat merayakan malam pergantian tahun nanti.
"Saya mendukung aparat keamanan bersikap tegas dalam upaya itu," katanya.
Oleh sebab itu, lebih baik mencegah peredaran minuman keras itu sehingga tidak sampai adanya jatuh korban menjelang malam pergantian tahun.
Pihaknya mendukung aparat penegak hukum melakukan sidak minuman keras. "Hal ini sangat penting daripada menunggu adanyaa jatuh korban," ujarnya.
Namun, apabila adanya korban akibat mengkonsumsi minuman keras tersebut sudah meyiagakan petugas kesehatan yang ada di rumah sakit pemerintah dan puskesmas.
"Untuk itu, kami mengimbau kepada masyarakat khususnya anak muda dalam memperingati malam pergantian tahun nanti tidak mabuk-mabukan," ujarnya.
Pihaknya menegaskan bahwa sudah melakukan sosialisasi dan promosi kesehatan ke daerah-daerah yang memproduksi minuman keras itu terutama di Kabupaten Karangasem, Bali.
"Kami sudah mengimbau seluruh masyarakat bahwa minuman alkohol dapat merusak susunan saraf pusat yang menimbulkan berbagai gejala seperti sedasi, eforia, dan penekann saraf itu," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa apabila berlebihan mengkonsumsi minumam keras akan menekan saraf sehingga fungsi pernafasan dan kesadaran juga ditekan akan mengakibatkan kematian.
"Untuk itu, perlu adanya kesadaran masyarakat agar tidak mengkonsumsi minuman keras tersebut," ujar Suarjaya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Sosialisasi bahaya mengkonsumsi miras sebelum malam pergantian tahun baru sudah sering kami lakukan, baik itu di kota maupun daerah-daerah," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr Ketut Suarjaya, di Denpasar, Rabu.
Namun, upaya menanggulangi dampak peredaraan minuman keras ini harus mendapat dukungan dari seluruh pihak baik itu aparat penegak hukum agar lebih tegas dalam mencegahan peredaran minuman keras itu.
Selain itu, peran tokoh masyarakat mulai dari desa dan perkotaan juga turut memonitor apabila ditemukan adanya pedagang yang menjual minuman keras saat merayakan malam pergantian tahun nanti.
"Saya mendukung aparat keamanan bersikap tegas dalam upaya itu," katanya.
Oleh sebab itu, lebih baik mencegah peredaran minuman keras itu sehingga tidak sampai adanya jatuh korban menjelang malam pergantian tahun.
Pihaknya mendukung aparat penegak hukum melakukan sidak minuman keras. "Hal ini sangat penting daripada menunggu adanyaa jatuh korban," ujarnya.
Namun, apabila adanya korban akibat mengkonsumsi minuman keras tersebut sudah meyiagakan petugas kesehatan yang ada di rumah sakit pemerintah dan puskesmas.
"Untuk itu, kami mengimbau kepada masyarakat khususnya anak muda dalam memperingati malam pergantian tahun nanti tidak mabuk-mabukan," ujarnya.
Pihaknya menegaskan bahwa sudah melakukan sosialisasi dan promosi kesehatan ke daerah-daerah yang memproduksi minuman keras itu terutama di Kabupaten Karangasem, Bali.
"Kami sudah mengimbau seluruh masyarakat bahwa minuman alkohol dapat merusak susunan saraf pusat yang menimbulkan berbagai gejala seperti sedasi, eforia, dan penekann saraf itu," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa apabila berlebihan mengkonsumsi minumam keras akan menekan saraf sehingga fungsi pernafasan dan kesadaran juga ditekan akan mengakibatkan kematian.
"Untuk itu, perlu adanya kesadaran masyarakat agar tidak mengkonsumsi minuman keras tersebut," ujar Suarjaya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014