Karangasem (Antara Bali) - Ribuan umat Hindu melakukan persembahyangan di Pura Sad Khayangan Lempuyang, Kabupaten Karangasem, Bali, pada hari suci Umanis Galungan (18/12).

"Hari ini adalah `piodalan` di Pura Lempuyang, sehingga umat Hindu dari pelosok desa di Pulau Dewata dan dari luar Bali melakukan ritual sembahyang untuk memohon keselamatan dan kedamaian dunia," kata Jero Mangku Gede, seorang rohaniawan Hindu Pura Lempuyang di Desa Abang, Karangasem, Bali, Kamis.

Ia mengatakan pura tersebut merupakan salah satu "Pura Sad Khayangan" di Bali, yang lokasinya di perbukitan Desa Abang atau sekitar 78 kilometer timur laut Kota Denpasar.

Dikatakannya, umat Hindu yang melakukan persembahyangan ke pura tersebut mulai berdatangan sejak pagi hari. Sebagian mereka dengan tertib menaiki ribuan tangga menuju pura yang ada di puncak, namun umat yang tak kuat mendaki bukit mereka melakukan sembahyang di Pura Penataran Lempuyang yang letaknya dilereng bukit tersebut.

"Upacara piodalan di Pura Lempuyang itu bertepatan dengan Umanis Galungan setiap enam bulan sekali atau setiap 210 hari berdasarkan tahun isaka," katanya.

Ia mengatakan bagi umat yang ingin sembahyang langsung ke pura yang terletak di puncak Gunung Lempuyang tersebut sejak dini hari sudah tiba di pelataran tersebut, tetapi kalau umat hanya ingin di Pura Penataran Agung Lempuyang tidak perlu lagi mendaki bukit karena lokasinya berada di lereng gunung tersebut.

"Untuk mencapai pura yang berada di puncak gunung tersebut, umat akan menaiki anak tangga setinggi lebih kurang satu kilometer dari pelataran Pura Agung Lempuyang," ujarnya.

Ia menjelaskan umat Hindu yang melaksanakan sembahyang di pura tersebut sangat khusyuk, kendati teriknya sinar matahari dari ufuk Timur.

Sejarah Pura Lempuyang

Dalam berbagai sumber lontar atau prasasti kuno, ada tiga pura besar yang sering disebut selain Pura Besakih dan Ulun Danu Batur, yakni Pura Lempuyang. Pura Lempuyang Luhur terletak di puncak Bukit Bisbis atau Gunung Lempuyang, Karangasem.

Pura ini diduga termasuk paling tua di Bali. Bahkan, diperkirakan sudah ada pada zaman pra-Hindu-Buddha yang semula bangunan suci terbuat dari batu. Pura Lempuyang itu merupakan stana Hyang Gni Jaya atau Dewa Iswara.

Sebuah informasi, menyebutkan berdasarkan pemotretan dari luar angkasa, di ujung timur Pulau Bali muncul sinar yang amat terang. Paling terang dibandingkan bagian lainnya. Namun tak diketahui pasti dari kawasan mana sinar itu, tetapi diduga dari Gunung Lempuyang.

Soal arti dari Lempuyang, ada berbagai versi. Dalam buku terbitan Dinas Kebudayaan Bali (1998) berjudul `Lempuyang Luhur` disebutkan, lempuyang berasal dari kata `lampu` artinya sinar dan `hyang` untuk menyebut Tuhan, seperti Hyang Widhi.

Dari kata itu lempuyang atau lampuyang diartikan sinar suci Tuhan yang terang-benderang. Pura Lempuyang itu merupakan stana Hyang Gni Jaya atau Dewa Iswara. (WDY)

Pewarta: Oleh I Komang Suparta

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014