Denpasar (Antara Bali) - Para perajin alat musik di Jalan Cargo Kenanga, Kabupaten Badung, Bali kebanjiran pesanan alat musik modern dan tradisional dari wisatawan mancanegara yang sedang menikmati liburan di daerah ini.
"Kami menerima banyak pesanan, dalam sebulan ini dapat menyelesaikan 10-20 unit alat musik sesuai dengan permintaan, dan membutuhkan modal sebesar Rp100 juta, " kata perajin alat musik, I Nengah Pasek, Selasa.
Ia yang menampung 25 pekerja yang didatangkan dari Surabaya dan Jember (Jawa Timur), alat musik yang diproduksinya ini berbahan limbah mebel, tabung gas yang sudah tidak terpakai, maupun dari bambu, yang banyak dicari di sekeliling Denpasar, adapun yang berbahan dari kulit kambing.
I Nengah Pasek yang akrab disapa Niki yang diambil dari anak pertamanya itu mengatakan, untuk harga djembe dari ukuran yang kecil seharga Rp10.000 hingga Rp50.000 per unit sekarang menjadi Rp20.000 hingga Rp60.000 per unit dan yang besar seharga Rp600.000 per unit,tank drum sebelumnya seharga Rp550.000 per unit sekarang menjadi Rp650.000.
Sedangkan marakas sebelumnya seharga Rp15.000 sekarang menjadi Rp20.000 per unit, samendrum sebelumnya seharga Rp110.000 per unit sekarang menjadi Rp120.000 per unit, ko`jong sebelumnya seharga Rp150.000 per unit sekarang menjadi Rp250.000 per unit.
Ia menjelaskan, kenaikan ini bukan semata-mata karena kenaikan harga bahan bakar melainkan harga bahan baku dan harga pengiriman barang dan biaya produksi.
Ia menambahkan, biasanya para pemesan alat musik sudah membawa model yang diinginkan dan sudah `survei` harga di berbagai tempat.
Dalam sebulan I Nengah Pasek menghasilkan keuntungan sebesar Rp500 juta dalam dua sampai tiga unit barang yang diproduksi di Jlalan Cargo Kenanga, Kabupaten Badung,Bali. (MFD)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Kami menerima banyak pesanan, dalam sebulan ini dapat menyelesaikan 10-20 unit alat musik sesuai dengan permintaan, dan membutuhkan modal sebesar Rp100 juta, " kata perajin alat musik, I Nengah Pasek, Selasa.
Ia yang menampung 25 pekerja yang didatangkan dari Surabaya dan Jember (Jawa Timur), alat musik yang diproduksinya ini berbahan limbah mebel, tabung gas yang sudah tidak terpakai, maupun dari bambu, yang banyak dicari di sekeliling Denpasar, adapun yang berbahan dari kulit kambing.
I Nengah Pasek yang akrab disapa Niki yang diambil dari anak pertamanya itu mengatakan, untuk harga djembe dari ukuran yang kecil seharga Rp10.000 hingga Rp50.000 per unit sekarang menjadi Rp20.000 hingga Rp60.000 per unit dan yang besar seharga Rp600.000 per unit,tank drum sebelumnya seharga Rp550.000 per unit sekarang menjadi Rp650.000.
Sedangkan marakas sebelumnya seharga Rp15.000 sekarang menjadi Rp20.000 per unit, samendrum sebelumnya seharga Rp110.000 per unit sekarang menjadi Rp120.000 per unit, ko`jong sebelumnya seharga Rp150.000 per unit sekarang menjadi Rp250.000 per unit.
Ia menjelaskan, kenaikan ini bukan semata-mata karena kenaikan harga bahan bakar melainkan harga bahan baku dan harga pengiriman barang dan biaya produksi.
Ia menambahkan, biasanya para pemesan alat musik sudah membawa model yang diinginkan dan sudah `survei` harga di berbagai tempat.
Dalam sebulan I Nengah Pasek menghasilkan keuntungan sebesar Rp500 juta dalam dua sampai tiga unit barang yang diproduksi di Jlalan Cargo Kenanga, Kabupaten Badung,Bali. (MFD)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014