Gianyar (Antara Bali) - Pariwisata berbasis budaya menjadi roh pengembangan di daerah "gudang seni" Kabupaten Gianyar, Bali menuju pariwisata berkelanjutan yang mampu bersaing di tingkat lokal, nasional dan internasional.

"Hal itu menjadi penekanan, karena selama ini dinilai telah terjadi pergeseran kebudayaan yang bisa berakibat pariwisata ditinggal wisatawan," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, Anak Agung Ari Brahmanta, Rabu.

Ia mengatakan hal itu pada acara sosialisasi Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 10 Tahun 2013 Tentang Kepariwisataan Budaya Kabupaten Gianyar yang melibatkan utusan instansi pemerintah dan perwakilan desa se-Kabupaten Gianyar.

Salah satu pergeseran budaya tersebut, menyangkut banyaknya bangunan hotel, restoran dan usaha lainnya tidak mencerminkan kearaifan lokal yakni arsitektur tradisional Bali.

Padahal budaya Bali menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan, bukan budaya modernnya.

Demikian pula daya tarik pantai dan keindahan alam Bali, bukan karakter pariwisata Bali sesungguhnya, karena daerah lain juga tidak kalah dengan keindahan pantai dan alamnya.

A.A. Ari Brahmanta menambahkan, di Kabupaten Gianyar khususnya perkampungan seniman Ubud banyak ditemukan bangunan hotel dan usaha pariwisata lainnya yang tidak mengadopsi arsitektur Bali.

Untuk itu, perlu adanya pengendalian dan memperketat perizinan. Jika usaha pariwisata dan usaha lainnya tidak menggunakan bangunan arsitektur Bali, maka izin jangan dikeluarkan.

"Kalau tidak dikendalikan, maka 5-10 tahun mendatang pariwisata akan ditinggal wisatawan," tegasnya.

A.A. Ari Brahmanta juga menyoroti masuknya pasar oleh-oleh atau pasar modern mengakibatkan pengerajin di pedesaan mati tidak bisa berkembang. Desa Mas, Ubud misalnya, pengerajin banyak beralih menjadi tukang bangunan.

Begitu pula di Celuk Sukawati yang dulunya berjaya dengan kerajinan perak, kini terlihat lesu dan hanya pedagang pecel lele yang bertebaran di jalan-jalan.

"Perlu peranan pemerintah, pengusaha, desa pakraman dan lembaga tradisional lainnya bersinergi dan berkomitmen bahwa, budaya menjadi basis pariwisata Gianyar khususnya," jelas Gung Ari panggilan akrabnya.

Dalam kegiatan sehari tersebut disosialisasikan Perda No. 10 Tahun 2013 Tentang Kepariwisataan Budaya Kabupaten Gianyar.

Intinya, pariwisata Gianyar berlandaskan kebudayaan Bali umumnya dan Gianyar khususnya yang dijiwai agama Hindu dan falsafah Tri Hita Karana, sehingga terwujud hubungan timbal balik yang dinamis antara kepariwistaan dan kebudayaan yang membuat keduanya berkembang secara sinergis, harmonis dan berkelanjutan. (WDY)

Pewarta: Oleh Putu Arthayasa

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014