"Menurut saya konsep manajemen satu pulai itu ke depannya sangat tepat. Apalagi Bali sebagai tujuan wisata dunia, karena itu konsep tersebut dalam mengelola sektor kepariwisataan sangat diperlukan. Sebab semua kabupaten dan kota di Bali memiliki potensi di bidang pariwisata dan saling berkaitan satu sama yang lainnya," ujarnya di Denpasar, Minggu.
Oleh karena itu, siapa pun yang nantinya terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur pada Pilkada Bali harus mampu memetakan konsep manajemen satu pulau. Menurut dia, kedua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang bertarung pada Pilkada Bali 2018 memiliki tujuan sama, yakni membangun pariwisata Bali berbasis budaya, namun yang lebih terpenting mampu mengimplementasikan secara nyata, dan tidak hanya janji maupun angan-angan politik.
Karena sektor pariwisata sebagai penopang perekonomian masyarakat Pulau Dewata. Bahkan dengan kunjungan wisatawan ke Bali terus meningkat, maka perekonomian terus mengalami peningkatan.
Ia berharap, siapa pun kedua pasangan calon tersebut yang terpilih dan menjadi pemenang dalam Pilkada mendatang harus mendengarkan aspirasi rakyat Bali. "Kedua pasangan cagub dan cawagub sudah memiliki visi dan misi. Namun demikian diharapkan apa yang selama ini sudah baik agar terus ditingkatkan dengan mengimplementasikan program-programnya yang dituangkan dalam visi misi tersebut," ujarnya.
Peserta Pilkada Bali 2018 adalah pasangan nomor urut 1, I Wayan Koster-Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (KBS-Ace). Pasangan itu diusung empat parpol peraih kursi di DPRD Provinsi Bali, yakni PDIP, Hanura, PAN, dan PKPI, serta didukung PKB dan PPP.
Sedangkan pasangan nomor urut 2, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra-I Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) diusung oleh empat partai peraih kursi di DPRD Provinsi Bali, yakni Golkar, Gerindra, Demokrat, dan Nasdem. Mereka juga didukung oleh PKS, PBB, dan Perindo. (WDY)