Makassar (Antara Bali) - Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengatakan, defisit transaksi berjalan pada 2014 berada pada kisaran tiga persen dari GDP dan diprediksi naik pada kuartal kedua menjadi empat persen dari GDP pada 2015.

"Untuk menghadapi hal itu, diperlukan kegiatan untuk mengantisipasiya misalnya dengan meningkatkan ekspor dan mencegah impor yang tidak perlu, khususnya kegiatan komsumtif," kata Agus disela-sela acara serah terima jabatan Kepala Bank Indonesia Wilayah Makassar dari Suhaedi ke M Dadi di Makassar, Senin.

Dia mengatakan, hal lain yang juga perlu dilakukan adalah dukungan perbaikan pendapatan dan jasa secara umum. Apabila hal itu dapat dijalankan, maka tidak perlu mengalami kelemahan nilai tukar ataupun kenaikan suku bunga.

Sementara mengenai dampak kondisi ekonomi Amerika Serikat yang semakin membaik, lanjut dia, dapat berpengaruh
terhadap negara berkembang seperti Indoneia.

"Perbaikan ekonomi Amerika Serikat itu dapat dilihat dari beberapa indikator ekonominya
yang membaik, sehingga membuat nilai tukar Amerika menguat dan sebaliknya di negara lain nilai tukarnya menjadi melemah," katanya.

Dalam menyikapi kondisi tersebut, Agus mengatakan, negara-negara berkembang termasuk Indonesia harus memperkuat fundamental ekonominya, sehingga tidak mengalami tekanan pada saat kondisi ekonomi Amerika Serikat membaik.

Langkah-langkah itu misalnya dengan memperbaiki transaksi berjalan dan berharap harga komoditas ekspor tidak
terus-menerus menurun. Selain itu, terus berusaha melakukan reformasi struktural, apa bila itu dilakukan maka diyakni ekonomi Indonesia bisa bertumbuh antara 5,4 - 5,8 persen.

Pada acara serah terima jabatan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Makassar, Sulawesi Selatan dari Suhaedi kepada M Dadi, selain dihadiri Gubernur BI, juga Wakil Gubernur Sulsel H Agus Arifin Nu`mang dan sejumlah pejabat Muspida
Sulsel dan Sulbar.(WDY)

Pewarta: Oleh Suriani Mappong

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014