Mangupura (Antara Bali) - Para pedagang yang menjual kelengkapan penjor (bambu yang dihias) untuk Hari Raya Galungan, memperingati hari kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan) mulai ramai di sepanjang jalan Desa Kapal, jalur Denpasar-Gilimanuk.

"Padahal hari raya suci umat Hindu itu masih 17 hari lagi, namun pedagang sudah mulai berjualan sejak sebulan sebelumnya," kata Ibu Cantik, pedagang yang menjual berbagai hiasan penjor di Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Sabtu.

Ia mengatakan, konsumen biasanya mulai ramai membeli 15 hari hingga sehari menjelang Galungan yang jatuh pada hari Rabu, 17 Desember 2014.

Berbagai hiasan penjor yang terbuat dari bahan baku daun lontar yang tahan lama itu merupakan hasil industri kreatif skala rumah tangga yang mampu meraup jutaan rupiah setiap harinya.

Seluruh perlengkapan untuk membuat sebuah penjor yang ditancapkan di depan masing-masing pintu masuk pekarangan rumah tangga bisa mencapai Rp350.000 hingga Rp1,5 juta, tergantung motif dan variasi hiasan penjor tersebut.

Sedangkan menjelang Galungan harga hiasan penjor naik hingga Rp50.000 per paket, yang seharga Rp100.000 menjadi Rp150.000, sedangkan yang seharga Rp500.000 naik menjadi Rp550.000.

Kenaikan harga tersebut akibat pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), karena pedagang mengalami kenaikan harga bahan baku yang terbuat dari daun lontar.

Kenaikan bahan baku berupa daun lontar hinga mencapai Rp70.000 per ikat, yang awalnya hanya seharga Rp280.000 per ikat saat ini naik menjadi Rp350.000 perikat, bahan baku perikatnya mendapatkan sepuluh hiasan penjor.

Ibu Cantik mengaku telah menggeluti usaha menjual hiasan penjor sejak enam tahun silam, berawal dari keinginan anaknya yang tertarik melihat masyarakat sekitarnya menjajakan hiasan penjor.

Melihat peluang bisnis itu mendukung keinginan anaknya untuk menjual hiasan penjor yang diperjualkan kepada masyarakat, bahkan saat ini pembeli umumnya masyarakat Hindu dan beberapa langganan dari pedagang, pengelola vila, hotel dan restauran.

Ibu cantik menambahkan, dalam proses pengerjaan hiasan penjor memanfaatkan 25 tenaga kerja yang berasal dari desa setempat dan desa tetangganya.

Feren, pedagang hiasan penjor lainnya menambahkan pada hari biasa omset penjualan hanya Rp1 juta - Rp5 juta perhari, sedangkan 15 hari menjelang Galungan yang merupakan awal puncak keramaian omset penjualan Rp7 juta - Rp10 juta per hari.

Modal yang disiapkan untuk menjual hiasan penjor mencapai Rp100 juta. Dengan adanya kenaikan BBM dikhawatirkan daya beli masyarakat akan menurun karena modal yang dikeluarkan tahun ini lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. (WDY)

Pewarta: Oleh Mayolus Fajar

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014