Bandung (Antara Bali) - Bank Indonesia (BI) tengah bersiaga untuk mengantisipasi risiko inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang dipastikan akan dilakukan oleh pemerintah pada November 2014 ini.

"Kami dari Bank Indonesia siaga penuh untuk bisa merespon dan melakukan kerja sama dengan pemerintah untuk menghadapi itu (kenaikan harga BBM)," kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo di Kantor Perwakilan BI Bandung, Jawa Barat, Selasa.

Kendati akan mengerek laju inflasi, Agus sendiri tetap mengapresiasi kebijakan penyesuaian harga subsidi BBM. Ia juga menegaskan bahwa dampak terhadap inflasi hanya akan terasa pada tiga bulan pertama setelah kenaikan.

"Reformasi subsidi kalau bisa dilaksanakan sangat baik, tapi kita harapkan reformasi yang berkesinambungan, tidak perlu setiap tahun mendiskusikan ini (kenaikan BBM)," ujar Agus.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya bersama tim pengendalian inflasi daerah (TPID) mempersiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi lonjakan inflasi pascakenaikan harga BBM bersubsidi.

Perry menyoroti secara khusus pengendalian kenaikan tarif angkutan agar berada dalam batasan yang wajar.
  
"Seperti keberhasilan tahun lalu, bagaimana mengendalikan agar kenaikan tarif angkutan dalam kota itu lebih terkendali. Tahun lalu, secara nasional angkutan dalam kota itu bisa dikendalikan tidak lebih dari 30 persen sehingga second round effect-nya lebih terkendali," ujar Perry.

Langkah lainnya, lanjut Perry, yakni memastikan langkah pengamanan pasokan pangan dan energi agar lebih terjaga.

"Kalau ada kenaikan harga BBM, umumnya harga pangan juga naik karena ada tindakan spekulatif," kata Perry. (WDY)

Pewarta: Oleh Citro Atmoko

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014