Negara (Antara Bali) - Pemkab Jembrana terus berupaya mempertahankan tradisi Mekepung dengan cara memberi dukungan kepada petani dalam mengembangkan budaya pertanian itu karena mampu mencegah alih fungsi lahan di daerah itu.
"Dua sirkuit makepung di Desa Delodbrawah dan Tuwed sudah kami lindungi dengan Peraturan Daerah. Perlindungan itu, termasuk larangan alih fungsi lahan persawahan di wilayah tersebut," kata Bupati Jembrana, I Putu Artha, saat membuka lomba Mekepung Bupati Jembrana Cup, Minggu.
Bupati Artha menjanjikan bahwa pihaknya akan terus menjaga dan mendorong kesenian yang lahir dari rasa syukur petani saat musim panen ini terus berkembang di daerahnya.
Ia mengatakan salah satu yang dilakukan pihaknya adalah dengan memperbaiki beberapa arena makepung sekaligus mencegah kawasan pertanian itu beralih fungsi.
Pada perlombaan tahun ini, jumlah peserta Mekepung Bupati Jembrana Cup bertambah yaitu mencapai 170 ekor dengan hadiah yang diperebutkan berupa uang tunai Rp57,5 juta beserta piala, sementara tahun sebelumnya peserta hanya sekitar 100 ekor.
"Hal ini membuktikan, masyarakat Jembrana semakin peduli untuk melestarikan kesenian atraksi khas daerah ini," katanya
Seperti perlombaan pada tahun-tahun sebelumnya, para peserta tampak dibagi menjadi dua kelompok yaitu Ijogading Timur dan Barat.
Setelah berpacu hampir seharian, Kelompok Makepung Ijogading Timur berhasil keluar sebagai juara umum dengan mengalahkan Kelompok Makepung Ijogading Barat, dengan jumlah kemenangan 48 kali berbanding 18 kali.
Uniknya, meskipun salah satu berhasil keluar sebagai juara umum, namun kedua kelompok yang sangat kompetitif setiap musim pertandingan itu membagi rata hadiahnya, termasuk disisihkan untuk biaya pemeliharaan sirkuit.
"Antar pemilik kerbau makepung sama-sama sadar, biaya untuk memelihara kerbau ini lumayan mahal. Untuk setiap kali bertanding, pemilik harus mengeluarkan biaya sekitar Rp1 juta," kata Koordinator Makepung Jembrana, I Made Mara. (GBI/I018)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Dua sirkuit makepung di Desa Delodbrawah dan Tuwed sudah kami lindungi dengan Peraturan Daerah. Perlindungan itu, termasuk larangan alih fungsi lahan persawahan di wilayah tersebut," kata Bupati Jembrana, I Putu Artha, saat membuka lomba Mekepung Bupati Jembrana Cup, Minggu.
Bupati Artha menjanjikan bahwa pihaknya akan terus menjaga dan mendorong kesenian yang lahir dari rasa syukur petani saat musim panen ini terus berkembang di daerahnya.
Ia mengatakan salah satu yang dilakukan pihaknya adalah dengan memperbaiki beberapa arena makepung sekaligus mencegah kawasan pertanian itu beralih fungsi.
Pada perlombaan tahun ini, jumlah peserta Mekepung Bupati Jembrana Cup bertambah yaitu mencapai 170 ekor dengan hadiah yang diperebutkan berupa uang tunai Rp57,5 juta beserta piala, sementara tahun sebelumnya peserta hanya sekitar 100 ekor.
"Hal ini membuktikan, masyarakat Jembrana semakin peduli untuk melestarikan kesenian atraksi khas daerah ini," katanya
Seperti perlombaan pada tahun-tahun sebelumnya, para peserta tampak dibagi menjadi dua kelompok yaitu Ijogading Timur dan Barat.
Setelah berpacu hampir seharian, Kelompok Makepung Ijogading Timur berhasil keluar sebagai juara umum dengan mengalahkan Kelompok Makepung Ijogading Barat, dengan jumlah kemenangan 48 kali berbanding 18 kali.
Uniknya, meskipun salah satu berhasil keluar sebagai juara umum, namun kedua kelompok yang sangat kompetitif setiap musim pertandingan itu membagi rata hadiahnya, termasuk disisihkan untuk biaya pemeliharaan sirkuit.
"Antar pemilik kerbau makepung sama-sama sadar, biaya untuk memelihara kerbau ini lumayan mahal. Untuk setiap kali bertanding, pemilik harus mengeluarkan biaya sekitar Rp1 juta," kata Koordinator Makepung Jembrana, I Made Mara. (GBI/I018)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014