Bogota (Antara Bali/AFP) - Sebelas warga suku Indian Wiwa yang meninggal akibat sambaran kilat dalam upacara adat di pegunungan Sierra Nevada, Kolombia akan dibiarkan tak terkubur di tempat mereka meninggal menurut tradisi suku, ungkap seorang pejabat pada Minggu.

Komunitas yang terdiri dari sekitar 60 keluarga itu akan meninggalkan desa terpencil tersebut di tengah tragedi yang terjadi pada Senin. Meski demikian, belum jelas ke mana mereka akan pergi, ungkap Jose Gregorio Rodriguez, penasihat untuk urusan masyarakat suku Wiwa di National Indigenous Organization of Colombia, yang mewakili 800.000 penduduk asli negara itu.

“Jasadnya akan tetap berada di ‘uguma’ (gubuk seremonial) di tempat mereka meninggal dan masyarakat akan meninggalkan situs itu, seperti yang ditetapkan dalam adat dan tradisi mereka,” tutur Rodriguez kepada AFP.

Kesebelas orang tersebut meninggal pada Senin saat kilat menyambar gubuk dalam sebuah seremoni. Sambaran kilat itu juga melukai 20 partisipan lainnya yang menderita luka bakar tingkat kedua dan ketiga.

Wiwa, sebuah suku yang pindah ke Sierra Nevada, Kolombia utara setelah pendudukan Spanyol, menghormati semua aspek alam dan percaya bahwa mereka dipanggil untuk menjaga keseimbangan dunia.

Beberapa warga desa melihat peristiwa sambaran petir yang menghancurkan itu sebagai peringatan spiritual bagi “manusia agar kembali kepada alam,” tutur Lorenzo Gil, salah seorang korban selamat, kepada AFP pekan ini.

Setelah tragedi tersebut, warga desa menggelar upacara duka panjang, yang bagian pertamanya diadakan pada Jumat. Seremoni penyembuhan selama sepuluh hari akan menyusul setelahnya.

“Ritual ini merupakan penyembuhan bagi masyarakat dan juga bagi wilayah yang terkena dampak,” ungkap Rodriguez. (WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014