Amlapura (Antara Bali) - Ritual Karya Agung Ngenteg Linggih yang diselenggarakan seratus tahun sekali di Desa Adat Geriana Kangin, Kabupaten Karangasem, Bali, akan memanfaatkan sejumlah hewan langka untuk kepentingan kurban atau persembahan.
"Karya agung yang jatuh 22 Oktober 2010 itu akan disertai persembahan puluhan jenis hewan yang bebeberapa di antaranya sudah tergalong cukup langka," kata Bendesa Adat Geriana Kangin, Jro Nyoman Sudiarta, ketika ditemui di desanya, Sabtu.
Kepala desa adat itu menyebutkan, hewan langka yang akan terut dipersembahkan sebagai rangkaian sarana upacara, antara lain petu, sejenis kera yang bulunya hitam pekat.
Selain itu juga empas, sejenis kura kura, serta kijang atau menjangan yang banyak tanduknya.
Di samping binatang berkaki empat, karya yang digelar 100 tahun sekali itu juga menggunakan sarana burung langka seperti sugem, kukur batu dan beberapa burung lain yang belakangan nyaris tak ditemukan lagi di alam bebas, katanya.
Bendesa Adat Jro Nyoman Sudiarta menyebutkan, anehnya, sarana upacara tersebut sebagian di antaranya kini sudah didapat warga desa setempat secara kebetulan.
"Saat ini kami sudah mendapatkan hewan kurban empas. Hewan sejenis kura kura ini tiba-tiba saja ditemukan oleh warga di kebunnya," ucapnya menjelaskan.
Bahkan menurut salah seorang warga, sambung Sudiarta, kijang atau menjangan juga sempat muncul di kebun warga, hanya saja sampai sejauh ini belum berhasil ditangkap.
"Sebagian kebutuhan sarana upacara karya sampai saat ini sudah kami dapatkan. Demikian juga dengan hewan yang dilestarikan seperti penyu, juga sudah didapat," ucapnya.
Ia menyebutkan, untuk mendapatkan beberapa burung dan hewan langka itu, pihak desa adat telah melakukan kerja sama dengan pemerintah soal perizinan, termasuk dengan balai penangkaran binatang langka.
Sementara itu, sambung Sudiarta, persiapan upacara secara keseluruhan, kini sudah mencapai 60 persen.
Ia menambahkan, untuk "jaton atau jatu" yang juga sebagai salah satu perlengkapan upacara, akan didatangkan dari berbagai desa di Bali, seperti Desa Sidakarya Denpasar, Desa Tampaksirig Gianyar, Desa Bugbug Karangasem dan lainnya.
"Warga desa adat kami yang berjumlah 400 kepala keluarga juga terus ngayah, atau bergotong-royong secara bergilir sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010
"Karya agung yang jatuh 22 Oktober 2010 itu akan disertai persembahan puluhan jenis hewan yang bebeberapa di antaranya sudah tergalong cukup langka," kata Bendesa Adat Geriana Kangin, Jro Nyoman Sudiarta, ketika ditemui di desanya, Sabtu.
Kepala desa adat itu menyebutkan, hewan langka yang akan terut dipersembahkan sebagai rangkaian sarana upacara, antara lain petu, sejenis kera yang bulunya hitam pekat.
Selain itu juga empas, sejenis kura kura, serta kijang atau menjangan yang banyak tanduknya.
Di samping binatang berkaki empat, karya yang digelar 100 tahun sekali itu juga menggunakan sarana burung langka seperti sugem, kukur batu dan beberapa burung lain yang belakangan nyaris tak ditemukan lagi di alam bebas, katanya.
Bendesa Adat Jro Nyoman Sudiarta menyebutkan, anehnya, sarana upacara tersebut sebagian di antaranya kini sudah didapat warga desa setempat secara kebetulan.
"Saat ini kami sudah mendapatkan hewan kurban empas. Hewan sejenis kura kura ini tiba-tiba saja ditemukan oleh warga di kebunnya," ucapnya menjelaskan.
Bahkan menurut salah seorang warga, sambung Sudiarta, kijang atau menjangan juga sempat muncul di kebun warga, hanya saja sampai sejauh ini belum berhasil ditangkap.
"Sebagian kebutuhan sarana upacara karya sampai saat ini sudah kami dapatkan. Demikian juga dengan hewan yang dilestarikan seperti penyu, juga sudah didapat," ucapnya.
Ia menyebutkan, untuk mendapatkan beberapa burung dan hewan langka itu, pihak desa adat telah melakukan kerja sama dengan pemerintah soal perizinan, termasuk dengan balai penangkaran binatang langka.
Sementara itu, sambung Sudiarta, persiapan upacara secara keseluruhan, kini sudah mencapai 60 persen.
Ia menambahkan, untuk "jaton atau jatu" yang juga sebagai salah satu perlengkapan upacara, akan didatangkan dari berbagai desa di Bali, seperti Desa Sidakarya Denpasar, Desa Tampaksirig Gianyar, Desa Bugbug Karangasem dan lainnya.
"Warga desa adat kami yang berjumlah 400 kepala keluarga juga terus ngayah, atau bergotong-royong secara bergilir sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010