Nusa Dua (Antara Bali) - Wisudawan Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 salah satunya dalam pasar bebas di bidang jasa pariwisata di kawasan Asia Tenggara.
"Kami tidak risau dengan masalah itu (MEA) karena kami sudah menyiapkan diri sejak awal berdiri dengan program aplikatif yang bisa langsung diterapkan di industri," kata Ketua STP Bali, Dewa Gede Ngurah Byomantara, M. Ed, di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Jumat.
Menurut dia, dalam melaksanakan proses belajar dan mengajar, sekolah pariwisata yang berdiri sejak 1978 itu telah menerapkan kurikulum yang berbasis internasional di samping menggunakan standar kompetensi nasional atau SKKNI.
Kurikulum internasional itu yakni "ASEAN Common Competencies Standard for Tourism Professional" (ACCSTP) dan "Common ASEAN Tourism Curriculum" (CATC).
"Jadi kami sudah bisa disejajarkan dengan sekolah pariwisata baik tingkat nasional maupun internasional," katanya.
Pada wisuda ke-20 itu, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif I Gede Pitana melepas 767 wisudawan dari berbagai program studi yang digelar di aula sekolah pariwisata setempat.
Dari total 767 lulusan tersebut, index prestasi komulatif (IPK) tertinggi diraih oleh Laras Dyah Andini dari Diploma III Program Manajemen Tata Boga dengan IPK sebesar 3,77.
Sedangkan nilai rata-rata tertinggi adalah 3,41 dan rata-rata IPK terendah adalah 3,22 yang menunjukkan peningkatan dibandingkan rata-rata IPK tahun 2012-2013 yakni tertinggi sebesar 3,44 dan terendah 2,15.
Byomantara menyatakan bahwa setiap wisudawan sudah mampu melaksanakan kebijakan pemerintah yakni "zero unemployement" untuk mengurangi tingkat pengangguran intelektual.
"Hampir semua lulusan sudah terserap di dunia kerja baik menjadi pekerja maupun wirausahawan. Dari 767 wisudawan sudah lebih dari 500 lulusan yang terserap dunia kerja atau sekitar 67 persen," ucapnya.
Dia menharapkan para lulusan menerapkan kompetensi yang telah diterima selama menempuh ilmu di sekolah tinggi pariwisata tersebut agar bisa bersaing dengan pekerja internasional salah satunya persaingan di Asia Tenggara. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Kami tidak risau dengan masalah itu (MEA) karena kami sudah menyiapkan diri sejak awal berdiri dengan program aplikatif yang bisa langsung diterapkan di industri," kata Ketua STP Bali, Dewa Gede Ngurah Byomantara, M. Ed, di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Jumat.
Menurut dia, dalam melaksanakan proses belajar dan mengajar, sekolah pariwisata yang berdiri sejak 1978 itu telah menerapkan kurikulum yang berbasis internasional di samping menggunakan standar kompetensi nasional atau SKKNI.
Kurikulum internasional itu yakni "ASEAN Common Competencies Standard for Tourism Professional" (ACCSTP) dan "Common ASEAN Tourism Curriculum" (CATC).
"Jadi kami sudah bisa disejajarkan dengan sekolah pariwisata baik tingkat nasional maupun internasional," katanya.
Pada wisuda ke-20 itu, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif I Gede Pitana melepas 767 wisudawan dari berbagai program studi yang digelar di aula sekolah pariwisata setempat.
Dari total 767 lulusan tersebut, index prestasi komulatif (IPK) tertinggi diraih oleh Laras Dyah Andini dari Diploma III Program Manajemen Tata Boga dengan IPK sebesar 3,77.
Sedangkan nilai rata-rata tertinggi adalah 3,41 dan rata-rata IPK terendah adalah 3,22 yang menunjukkan peningkatan dibandingkan rata-rata IPK tahun 2012-2013 yakni tertinggi sebesar 3,44 dan terendah 2,15.
Byomantara menyatakan bahwa setiap wisudawan sudah mampu melaksanakan kebijakan pemerintah yakni "zero unemployement" untuk mengurangi tingkat pengangguran intelektual.
"Hampir semua lulusan sudah terserap di dunia kerja baik menjadi pekerja maupun wirausahawan. Dari 767 wisudawan sudah lebih dari 500 lulusan yang terserap dunia kerja atau sekitar 67 persen," ucapnya.
Dia menharapkan para lulusan menerapkan kompetensi yang telah diterima selama menempuh ilmu di sekolah tinggi pariwisata tersebut agar bisa bersaing dengan pekerja internasional salah satunya persaingan di Asia Tenggara. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014