Denpasar (Antara Bali) - Perjalanan sastra Bali modern (SBM) diperkirakan telah memasuki usia satu abad sebagaimana bisa dilihat dari karya-karya I Made Pasek dan Mas Nitisastro yang dibuat pada 1910-an, kata seorang akademisi Universitas Udayana.

"Dalam karya tersebut, SBM sudah lahir pada tahun 1910-an dengan karya-karya dari Made Pasek dan Mas Nitisastro dalam bentuk cerita pendek," kata I Nyoman Darma Putra, dosen Fakultas Sastra Unud, pada peluncuran bukunya yang berjudul "Tonggak Baru Sastra Bali Modern" di Denpasar, Kamis.

Peluncuruan buku yang dihadiri kalangan akademisi dan sastrawan Bali itu juga dalam rangka memperingati satu abad sastra Bali modern di Fakultas Sastra Unud.

Menurut Darma Putra, karya Pasek dan Nitisastro tersebut berbeda dengan karya sastra tradisional sebelumnya dalam bentuk kakawin dan geguritan.

Dijelaskan dia, isi karya dua seniman tua itu, juga menunjukkan tema-tema kontemporer pada saat itu, seperti masalah pendidikan dan peran perempuan.

Dia menambahkan, saat itu karya sastra ditulis untuk pengajaran di sekolah.

Dengan karya tersebut sekaligus mematahkan anggapan sebelumnya yang dilontarkan Guru Besar Unud almarhum Prof Ngurah Bagus pada 1969, bahwa SBM baru lahir pada tahun 1930-an.

Semasa hidup Prof Bagus mengemukakan pendapatnya bahwa SBM ditandai saat penerbitan novel karya I Wayan Gobiah yang diterbitkan Balai Pustaka pada tahun 1931. Akhinya pendapat itu menjadi dasar acuan dalam pengajaran ilmu sastra dan perkembangannya di Bali.

Namun, Darma Putra juga mengaku menemukan karya-karya Made Pasek dari buku-buku teks yang dipergunakan sekolah-sekolah pada zaman pemerintahan kolonial di Bali.

Dia mencontohkan, buku-buku itu ditemukannya dalam mikrofilm koleksi VE Korn di perpustakaan Universitas Queensland, Australia.

"Ada juga temuan yang menambah koleksi kami di Museum Gedong Kirtya, Singaraja," ujar dia.

Karya-karya yang ditampilkan juga dalam buku itu, ujar Darma Putra, memiliki arti penting yang menunjukkan adanya pola interaksi antara masyarakat Bali dengan perkembangan dunia luar yang berlangsung cukup lama.

Meski mengemukakan temuan baru, namun karya Darma Putra mendapat kritik dari peserta diskusi karena kurang menyajikan sisi kehidupan biografi penulisnya I Made Pasek dan Mas Nitisastro.

Selain itu buku tersebut masih perlu ditindaklanjuti penelitian untuk mengetahui relevansi karya-karya itu dengan dinamika masyarakat Bali, ujar seorang peserta diskusi.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010