Gianyar (Antara Bali) - Puluhan pramuwisata lokal yang beraktivitas di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) objek wisata Pakerisan dan Petanu Kabupaten Gianyar, Bali mengikuti pelatihan pemandu wisata terpadu di Stage Mandala Wisata Desa Bedulu, Kamis.
Kegiatan tersebut untuk meningkatkan kualitas pemandu wisata sebagai upaya mendukung pelestarian DAS Pakerisan dan Petanu yang telah ditetapak UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
Pemandu wisata tersebut selama ini mendampingi pelancong di Candi Pegulingan, Pura Mangening, Candi Kerobokan, Pura Tirta Empul, Pura Gunung Kawi, Pura Pengukur-ukuran, Candi Tebing Tegallinggah dan Goa Gajah.
Mereka juga mendapat penjelasan seputar etika dan konsep pariwisata, potensi arkeologi DAS Pakerisan dan Petanu sebagai kawasan cagar budaya serta kode etik pramuwisata Indonesia.
Pembicara dalam pelatihan tersebut antara lain I Nyoman Madiun (Akademisi), Drs I Wayan Muliarsa (Kepala Kantor Peninggalan Sejarah dan Purbakala Bedulu), dan I Nyoman Kandia (praktisi pariwisata) .
I Nyoman Madiun menekankan pentingnya sikap dan mental para pemandu wisata saat berhadapan dengan wisatawan.
"Sikap yang sopan dan beretika menjadi faktor utama saat berkomunikasi sehingga wisatawan menjadi terkesan," tegas Madiun.
Selain itu, penguasaan bahasa asing yang baik dan benar mesti ditingkatkan agar penjelasan yang disampaikan bisa dimengerti wisatawan.
Sementara itu, I Wayan Muliarsa menyampaikan potensi arkeologis DAS Pakerisan dan Petanu sebagai kawasan cagar budaya. Penyampaian materi ini menurut Muliarsa sangat penting agar tidak terjadi kekeliruan dalam memberikan informasi.
Hal itu menyangkut sejarah yang kemungkinan disampaikan ke negara tempat wisatawan tersebut.
"Informasi yang disampaikan harus benar dan tidak setengah-setengah," ujar Muliarsa.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar Anak Agung Ari Brahmanta mengatakan pelatihan pemandu wisata tahun ini memang khusus menyasar kepada pemandu wisata yang beraktivitas di sepanjang DAS Tukad Pakerisan dan Petanu.
Hal itu didasarkan atas sepanjang aliran sungai merupakan kawasan cagar budaya yang sering dikunjungi wisatawan.
"Pelatihan dan pembinaan ini diharapkan dapat meningkatan kualitas SDM dalam upaya mendukung pelestarian warisan budaya dunia, jelas Ari Brahmanta.
Pelatihan pemandu wisata dilaksanakan secara rutin terkait momentum HUT Pariwisata Internasioanal setiap bulan September. Tahun lalu juga dilaksanakan pelatihan yang melibatkan seluruh pemandu wisata lokal seluruh Kabupaten Gianyar.
I Made Guna Wirawan, salah seorang pemandu wisata di Goa Gajah yang ikut pelatihan mengaku senang dengan adanya pelatihan dan pembinaan ini, karena dapat menambah wawasan tentang situs dan potensi arkeologis sehingga tidak keliru memberikan informasi ke wisatawan.
"Kegiatan ini penting bagi kami untuk meningkatkan sikap dam mental, sehingga dapat menjaga citra pariwisata Gianyar," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Kegiatan tersebut untuk meningkatkan kualitas pemandu wisata sebagai upaya mendukung pelestarian DAS Pakerisan dan Petanu yang telah ditetapak UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
Pemandu wisata tersebut selama ini mendampingi pelancong di Candi Pegulingan, Pura Mangening, Candi Kerobokan, Pura Tirta Empul, Pura Gunung Kawi, Pura Pengukur-ukuran, Candi Tebing Tegallinggah dan Goa Gajah.
Mereka juga mendapat penjelasan seputar etika dan konsep pariwisata, potensi arkeologi DAS Pakerisan dan Petanu sebagai kawasan cagar budaya serta kode etik pramuwisata Indonesia.
Pembicara dalam pelatihan tersebut antara lain I Nyoman Madiun (Akademisi), Drs I Wayan Muliarsa (Kepala Kantor Peninggalan Sejarah dan Purbakala Bedulu), dan I Nyoman Kandia (praktisi pariwisata) .
I Nyoman Madiun menekankan pentingnya sikap dan mental para pemandu wisata saat berhadapan dengan wisatawan.
"Sikap yang sopan dan beretika menjadi faktor utama saat berkomunikasi sehingga wisatawan menjadi terkesan," tegas Madiun.
Selain itu, penguasaan bahasa asing yang baik dan benar mesti ditingkatkan agar penjelasan yang disampaikan bisa dimengerti wisatawan.
Sementara itu, I Wayan Muliarsa menyampaikan potensi arkeologis DAS Pakerisan dan Petanu sebagai kawasan cagar budaya. Penyampaian materi ini menurut Muliarsa sangat penting agar tidak terjadi kekeliruan dalam memberikan informasi.
Hal itu menyangkut sejarah yang kemungkinan disampaikan ke negara tempat wisatawan tersebut.
"Informasi yang disampaikan harus benar dan tidak setengah-setengah," ujar Muliarsa.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar Anak Agung Ari Brahmanta mengatakan pelatihan pemandu wisata tahun ini memang khusus menyasar kepada pemandu wisata yang beraktivitas di sepanjang DAS Tukad Pakerisan dan Petanu.
Hal itu didasarkan atas sepanjang aliran sungai merupakan kawasan cagar budaya yang sering dikunjungi wisatawan.
"Pelatihan dan pembinaan ini diharapkan dapat meningkatan kualitas SDM dalam upaya mendukung pelestarian warisan budaya dunia, jelas Ari Brahmanta.
Pelatihan pemandu wisata dilaksanakan secara rutin terkait momentum HUT Pariwisata Internasioanal setiap bulan September. Tahun lalu juga dilaksanakan pelatihan yang melibatkan seluruh pemandu wisata lokal seluruh Kabupaten Gianyar.
I Made Guna Wirawan, salah seorang pemandu wisata di Goa Gajah yang ikut pelatihan mengaku senang dengan adanya pelatihan dan pembinaan ini, karena dapat menambah wawasan tentang situs dan potensi arkeologis sehingga tidak keliru memberikan informasi ke wisatawan.
"Kegiatan ini penting bagi kami untuk meningkatkan sikap dam mental, sehingga dapat menjaga citra pariwisata Gianyar," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014