Denpasar (Antara Bali) - Untuk meningkatkan pendapatan, hampir seluruh petani jeruk di Kintamani, Bangli, Bali memanfaatkan lahan mereka dengan pola tanam tumpang sari.

Merta, petani jeruk asal Kintamani mengatakan, pola tanam dengan sistem tumpang sari sangat membantu meningkatkan tambahan penghasilan yang diperoleh, di samping hasil utama dari tanaman jeruknya.

"Untuk mendapatkan hasil tambahan dari kebun jeruk yang saya miliki, biasanya saya dan sebagian besar petani di sini memanfaatkan lahan kebun itu dengan menambahkan beberapa jenis tanaman lainnya atau dengan sistem tumpang sari," katanya di Kintamani, Rabu.

Ia menyebutkan, tanaman yang biasa dipadukan dengan tanaman jeruk seperti tanaman kopi, cabe, tomat, ketela pohon, ketela rambat, jagung dan tanaman lainnya termasuk jenis rumput gajah untuk pakan ternak.

Namun pola tanam dengan sistem tumpang sari mempunyai kelemahan yakni kebun yang ada haruslah mendapat pemupukan rutin dengan jumlah yang memadai sesuai kebutuhan tanaman.

"Kalau pemupukan tidak dilakukan dengan rutin, biasanya hasil utama berupa buah jeruk tidak akan maksimal, karena unsur hara yang ada telah habis untuk tanaman tambahan lainnya," ujarnya.

Untuk memenuhi kebutuhan pupuk, pihaknya dan petani lainnya mengaku mendapatkan pupuk dari hasil ternaknya seperti sapi dan ayam. Terkadang jika pupuk yang didapat dari hasil ternaknya tidak mencukupi, ia harus mendatangkan pupuk dari Kabupaten Tabanan.

Senada dengan Merta, hampir seluruh petani setempat mengaku kalau dengan pola tanam tumpang sari mampu meningkatkan pendapatan mereka. Terlebih hal itu mampu dilakukan dengan sungguh-sungguh.

"Kita memang harus pintar membaca peluang ketika hendak menambahkan tanaman lain ke kebun jeruk yang ada. Sehingga hasil yang didapat mampu mendapatkan nilai jual yang agak tinggi di pasaran," kata Suwirya, petani jeruk lainnya.

Ia mencontohkan, tanaman tambahan seperti cabe yang belakangan harganya melambung tinggi di pasaran, cukup menguntungkan bagi dirinya. Di samping harga jeruk saat ini juga mulai naik dari Rp5.000 hingga RP6.000 per kilogram di pohon.

"Jadi sistem tanam dengan tumpang sari sangat menguntungkan saya dan petani lainnya," ujarnya sembari menyebut kalau dengan sistem tumpang sari para petani harus tekun terutama dalam hal pemupukan. Sehingga hasil yang didapat bisa maksimal, katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010