Jakarta (Antara Bali) - Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia
(Kehati) mengatakan, untuk mencegah penjualan pulau-pulau kecil di
Indonesia maka diperlukan pengelolaan yang mampu memberdayakan
masyarakat sekitarnya.
"Pengelolaannya dengan konsep kolaborasi," kata pegiat pesisir dan pulau-pulau kecil Kehati, Basuki Rahmad, di Jakarta, Kamis.
Kecenderungan penjualan atau penyewaan pulau kepada pihak asing adalah karena kurang dimanfaatkannya pulau-pulau kecil tersebut dan juga karena kurangnya investor dalam negeri.
Namun, dengan maraknya berita tentang penjualan pulau di Indonesia, Basuki semakin yakin bahwa Indonesia adalah juaranya dalam hal wisata bahari.
"Pemanfaatan pulau-pulau kecil sebagai tempat wisata harusnya dapat menjadi daya saing bangsa dan menjadi nilai tawar Indonesia di mata dunia," katanya.
Selama beberapa tahun terakhir, bersama mitra-mitranya, Yayasan Kehati telah berhasil mengembangkan ekowisata yang berbasis desa dan masyarakat.
Dari program tersebut telah berhasil dibentuk ekowisata di bidang pertanian bersama Jaringan Ekowisata Desa (JED) di Bali, lalu bersama Komunitas Mandiri Sangihe (KOMASA) mengembangkan ekowisata pesisir di Sangihe, Sulawesi Utara.
Serta bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat Berau Lestari (BESTARI) mengembangkan ekowisata berbasis pulau kecil di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur.
Cara pengelolaan pulau kecil yang melibatkan langsung masyarakat akan memberikan manfaat pada pelestarian kearifan lokal dan keaslian daerah.
Selain itu, hasil dari pengembangan ekowisatanya akan memberikan pekerjaan pada putra-putra daerah.
"Jika pulau dikelola oleh asing, maka sumberdayanya biasanya didatangkan dari luar dan omzetnya akan dikirim keluar," kata Basuki.
Untuk mengelola pulau-pulau kecil memang tidak mudah. Akan tetapi dengan kolaborasi berbagai pihak, hal tersebut akan dapat diwujudkan.
Saat ini, pengelolaan ekowisata yang dilakukan Kehati telah berhasil merangkul masyarakat lokal, pemerintah daerah, pihak swasta, bahkan institusi pendidikan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Pengelolaannya dengan konsep kolaborasi," kata pegiat pesisir dan pulau-pulau kecil Kehati, Basuki Rahmad, di Jakarta, Kamis.
Kecenderungan penjualan atau penyewaan pulau kepada pihak asing adalah karena kurang dimanfaatkannya pulau-pulau kecil tersebut dan juga karena kurangnya investor dalam negeri.
Namun, dengan maraknya berita tentang penjualan pulau di Indonesia, Basuki semakin yakin bahwa Indonesia adalah juaranya dalam hal wisata bahari.
"Pemanfaatan pulau-pulau kecil sebagai tempat wisata harusnya dapat menjadi daya saing bangsa dan menjadi nilai tawar Indonesia di mata dunia," katanya.
Selama beberapa tahun terakhir, bersama mitra-mitranya, Yayasan Kehati telah berhasil mengembangkan ekowisata yang berbasis desa dan masyarakat.
Dari program tersebut telah berhasil dibentuk ekowisata di bidang pertanian bersama Jaringan Ekowisata Desa (JED) di Bali, lalu bersama Komunitas Mandiri Sangihe (KOMASA) mengembangkan ekowisata pesisir di Sangihe, Sulawesi Utara.
Serta bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat Berau Lestari (BESTARI) mengembangkan ekowisata berbasis pulau kecil di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur.
Cara pengelolaan pulau kecil yang melibatkan langsung masyarakat akan memberikan manfaat pada pelestarian kearifan lokal dan keaslian daerah.
Selain itu, hasil dari pengembangan ekowisatanya akan memberikan pekerjaan pada putra-putra daerah.
"Jika pulau dikelola oleh asing, maka sumberdayanya biasanya didatangkan dari luar dan omzetnya akan dikirim keluar," kata Basuki.
Untuk mengelola pulau-pulau kecil memang tidak mudah. Akan tetapi dengan kolaborasi berbagai pihak, hal tersebut akan dapat diwujudkan.
Saat ini, pengelolaan ekowisata yang dilakukan Kehati telah berhasil merangkul masyarakat lokal, pemerintah daerah, pihak swasta, bahkan institusi pendidikan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014