Jakarta (Antara Bali) - Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat
Nur Wahid menegaskan pihaknya tidak akan mengemis jatah menteri kepada
pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) apabila MK belum
memenangkan gugatan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa terkait hasil
Pilpres.
"Kalau PKS tidak akan pernah meminta-minta jadi menteri. Kalau ditawari pun kami pasti akan menolak," tegas Hidayat Nur Wahid seusai mengikuti pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, Jumat.
Hidayat menekankan sikap PKS itu bukan mengada-ada, sebab PKS sudah pernah merasakan menjadi partai oposisi pada pemerintahan 2004 silam.
"Kami pernah menjadi oposisi, dan ternyata oposisi itu enak, perolehan suara kami naik 650 persen. Seperti yang dilakukan PDIP (dalam era pemerintahan Presiden Yudhoyono) mereka berada di luar kabinet, dan naik suaranya," ujar Hidayat.
Dia mengatakan PKS akan mengambil segala konsekuensi atas dukungannya terhadap pasangan Prabowo-Hatta.
Menurut dia, PKS juga akan setia berada dalam koalisi permanen partai-partai pendukung Prabowo-Hatta.
Lebih jauh Hidayat secara tidak langsung juga mengajak Golkar untuk merasakan nikmatnya menjadi partai oposisi dalam pemerintahan.
Menurut dia, jika sampai hal itu terjadi, maka akan menjadi peristiwa yang menarik.
"Kalau kemudian Golkar akan mencoba menjadi oposisi, saya kira itu akan menjadi pengalaman yang menarik dan kami sudah membuktikannya," ujar Hidayat.
Dia menyatakan bahwa perjuangan untuk kepentingan rakyat dan negara tidak harus mengubah-ubah haluan politik, atau melupakan etika berpolitik.
"Berjuang bagi kepentingan rakyat dan negara tidak harus berada di kabinet, kami bisa berada di parlemen, apabila MK belum memenangkan Prabowo-Hatta. Tapi jika keputusannya memenangkan Prabowo-Hatta kami siap bersama mereka," ucap Hidayat.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Kalau PKS tidak akan pernah meminta-minta jadi menteri. Kalau ditawari pun kami pasti akan menolak," tegas Hidayat Nur Wahid seusai mengikuti pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, Jumat.
Hidayat menekankan sikap PKS itu bukan mengada-ada, sebab PKS sudah pernah merasakan menjadi partai oposisi pada pemerintahan 2004 silam.
"Kami pernah menjadi oposisi, dan ternyata oposisi itu enak, perolehan suara kami naik 650 persen. Seperti yang dilakukan PDIP (dalam era pemerintahan Presiden Yudhoyono) mereka berada di luar kabinet, dan naik suaranya," ujar Hidayat.
Dia mengatakan PKS akan mengambil segala konsekuensi atas dukungannya terhadap pasangan Prabowo-Hatta.
Menurut dia, PKS juga akan setia berada dalam koalisi permanen partai-partai pendukung Prabowo-Hatta.
Lebih jauh Hidayat secara tidak langsung juga mengajak Golkar untuk merasakan nikmatnya menjadi partai oposisi dalam pemerintahan.
Menurut dia, jika sampai hal itu terjadi, maka akan menjadi peristiwa yang menarik.
"Kalau kemudian Golkar akan mencoba menjadi oposisi, saya kira itu akan menjadi pengalaman yang menarik dan kami sudah membuktikannya," ujar Hidayat.
Dia menyatakan bahwa perjuangan untuk kepentingan rakyat dan negara tidak harus mengubah-ubah haluan politik, atau melupakan etika berpolitik.
"Berjuang bagi kepentingan rakyat dan negara tidak harus berada di kabinet, kami bisa berada di parlemen, apabila MK belum memenangkan Prabowo-Hatta. Tapi jika keputusannya memenangkan Prabowo-Hatta kami siap bersama mereka," ucap Hidayat.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014