Semarapura (Antara Bali)- Kondisi tempat penampungan akhir (TPA) Jungut Batu, Lembongan, Nusa Penida, Kabupaten Klungkung yang lokasinya terpisah dengan daratan Bali cukup memprihatinkan, karena dipenuhi sampah bekas botol kaca.
"Sampah botol kaca yang memenuhi TPA di kawasan pariwisata Jungut Batu berasal dari limbah hotel dan restoran yang ada di sekitarnya," kata Kades Jungut Batu Made Gede Suryawan, Selasa.
Pihaknya sempat mengeluhkan prilaku pengusaha di daerah itu yang membuang sampah botol kaca sembarang tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan sekitarnya.
Padahal sampah botol kaca itu sangat berbahaya dan merusak lingkungan karena tidak bisa diurai. Selain itu juga membahayakan karena bisa melukai warga sekitar yang beraktivitas di sana.
Menurut Suryawan dalam sebulan ada satu truk sampah dari botol kaca yang dibuang di sana. Selama ini memang pengusaha cukup kesulitan menangani sampah botol kaca tersebut.
Selain harga jual botol tersebut murah jika dibawa ke daratan Bali, di samping ongkos angkut yang mahal. Kalau dijual ke Denpasar kemahalan ongkos angkut, sehingga pengusaha bisa merugi.
TPA Jungut Batu, Lembongan setiap harinya menerima kiriman sampah dari masyarakat sekitarnya sekitar tiga truk, padahal kondisinya sekarang melebihi kapasitas sehingga sampah mengganggu kawasan hutan bakau di sekitarnya.
TPA dibangun di atas lahan seluas 1,2 hektare, lokasinya berada di tengah hutan bakau di kawasan pantai. Pada saat air pasang sampah terendam air dan menimbulkan bau busuk disekitar TPA dan pantai.
Sementara untuk membuang sampah lebih ke tengah di TPA terkendala truk sampah tidak bisa masuk, sehingga sampah meluber dekat pintu masuk. "Genangan sampah bisa mencemari akar bakau dan akan merusak kawasan hutan di sekitar TPA," jelas Suryawan.
Di Jungut Batu hanya ada dua unit truk yang sehari hari mengangkut sampah. Truk itu pun kondisinya sudah tua dan kerap keluar masuk bengkel.
"Kami membutuhkan alat pengelolaan sampah agar sampah bisa di kelola lebih baik," ujarnya. Diharapkan Pemkab Klungkung dan Pemprov Bali bisa membantunya.
Bupati Klungkung Nyoman Suwirta cukup perhatian dengan kondisi TPA tersebut. Bahkan Bupati sempat melakukan kunjungan ke sana.
Ia mengaku sudah mendata persoalan di TPA tersebut. "Ya ini harus segera dicarikan solusi. Kalau ini dibiarkan dalam waktu lima tahun lagi masalah sampah di Jungut Batu akan menjadi masalah serius," ujarnya.
Salah satu upaya yang akan dilakukan adalah mendorong da meratakan sampah yang berjubal di pintu masuk ke arah dalam. Hal itu dilakukan menggunakan alat barat. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Sampah botol kaca yang memenuhi TPA di kawasan pariwisata Jungut Batu berasal dari limbah hotel dan restoran yang ada di sekitarnya," kata Kades Jungut Batu Made Gede Suryawan, Selasa.
Pihaknya sempat mengeluhkan prilaku pengusaha di daerah itu yang membuang sampah botol kaca sembarang tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan sekitarnya.
Padahal sampah botol kaca itu sangat berbahaya dan merusak lingkungan karena tidak bisa diurai. Selain itu juga membahayakan karena bisa melukai warga sekitar yang beraktivitas di sana.
Menurut Suryawan dalam sebulan ada satu truk sampah dari botol kaca yang dibuang di sana. Selama ini memang pengusaha cukup kesulitan menangani sampah botol kaca tersebut.
Selain harga jual botol tersebut murah jika dibawa ke daratan Bali, di samping ongkos angkut yang mahal. Kalau dijual ke Denpasar kemahalan ongkos angkut, sehingga pengusaha bisa merugi.
TPA Jungut Batu, Lembongan setiap harinya menerima kiriman sampah dari masyarakat sekitarnya sekitar tiga truk, padahal kondisinya sekarang melebihi kapasitas sehingga sampah mengganggu kawasan hutan bakau di sekitarnya.
TPA dibangun di atas lahan seluas 1,2 hektare, lokasinya berada di tengah hutan bakau di kawasan pantai. Pada saat air pasang sampah terendam air dan menimbulkan bau busuk disekitar TPA dan pantai.
Sementara untuk membuang sampah lebih ke tengah di TPA terkendala truk sampah tidak bisa masuk, sehingga sampah meluber dekat pintu masuk. "Genangan sampah bisa mencemari akar bakau dan akan merusak kawasan hutan di sekitar TPA," jelas Suryawan.
Di Jungut Batu hanya ada dua unit truk yang sehari hari mengangkut sampah. Truk itu pun kondisinya sudah tua dan kerap keluar masuk bengkel.
"Kami membutuhkan alat pengelolaan sampah agar sampah bisa di kelola lebih baik," ujarnya. Diharapkan Pemkab Klungkung dan Pemprov Bali bisa membantunya.
Bupati Klungkung Nyoman Suwirta cukup perhatian dengan kondisi TPA tersebut. Bahkan Bupati sempat melakukan kunjungan ke sana.
Ia mengaku sudah mendata persoalan di TPA tersebut. "Ya ini harus segera dicarikan solusi. Kalau ini dibiarkan dalam waktu lima tahun lagi masalah sampah di Jungut Batu akan menjadi masalah serius," ujarnya.
Salah satu upaya yang akan dilakukan adalah mendorong da meratakan sampah yang berjubal di pintu masuk ke arah dalam. Hal itu dilakukan menggunakan alat barat. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014