Denpasar (Antara Bali) - Sub sektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) di Provinsi Bali dalam pembentukan nilai tukar petani (NTP) perannya naik sebesar 2,17 persen dari 107,79 persen pada Juni 2014 menjadi 110,13 persen pada Juli 2014.
"Kondisi demikian berkat kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 2,72 persen, lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,54 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, kenaikan indeks yang diterima petani didorong oleh kenaikan harga sejumlah komoditas antara lain kakao 8,83 persen, tembakau 8,01 persen dan kopi 2,26 persen.
Sementara itu kenaikan indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,58 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,41 persen.
Sektor perkebunan di Bali melibatkan 220.893 rumah tangga sesuai hasil sensus pertanian 2013, jumlahnya paling sedikit dibandingkan yang bergerak di bidang peternakan dan hortiltura masing-masing 315.747 rumah tangga dan 238.484 rumah tangga.
Rumah tangga yang mengusahakan tanaman tahunan lebih banyak dibandingkan jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman semusim.
Tanaman perkebunan paling banyak di Kabupaten Buleleng, Karangasem dan Tabanan serta enam kabupaten/kota lainnya merata.
Panasunan Siregar menambahkan, subsektor tanaman perkebunan merupakan salah satu dari lima komponen pembentukan NTP Bali. Dari lima komponen itu dua di antaranya mengalami kenaikan dan tiga terjadi penurunan.
Kedua komponen yang mengalami kenaikan selain sub sektor perkebunan juga sub sektor tanaman pangan.
Sementara tiga komponen yang mengalami meliputi sub sektor hortikultura, subsektor peternakan dan subsektor perikanan, ujar Panusunan Siregar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Kondisi demikian berkat kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 2,72 persen, lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,54 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, kenaikan indeks yang diterima petani didorong oleh kenaikan harga sejumlah komoditas antara lain kakao 8,83 persen, tembakau 8,01 persen dan kopi 2,26 persen.
Sementara itu kenaikan indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,58 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,41 persen.
Sektor perkebunan di Bali melibatkan 220.893 rumah tangga sesuai hasil sensus pertanian 2013, jumlahnya paling sedikit dibandingkan yang bergerak di bidang peternakan dan hortiltura masing-masing 315.747 rumah tangga dan 238.484 rumah tangga.
Rumah tangga yang mengusahakan tanaman tahunan lebih banyak dibandingkan jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman semusim.
Tanaman perkebunan paling banyak di Kabupaten Buleleng, Karangasem dan Tabanan serta enam kabupaten/kota lainnya merata.
Panasunan Siregar menambahkan, subsektor tanaman perkebunan merupakan salah satu dari lima komponen pembentukan NTP Bali. Dari lima komponen itu dua di antaranya mengalami kenaikan dan tiga terjadi penurunan.
Kedua komponen yang mengalami kenaikan selain sub sektor perkebunan juga sub sektor tanaman pangan.
Sementara tiga komponen yang mengalami meliputi sub sektor hortikultura, subsektor peternakan dan subsektor perikanan, ujar Panusunan Siregar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014