Denpasar (Antara Bali) - Pasaran Amerika Serikat menyerap 22,20 persen dari total nilai ekspor pakaian jadi bukan rajutan dari Bali dengan nilai 4.15 juta dolar AS selama bulan Mei 2014.

"Matadagangan yang dirancang dengan disain unik dan menarik, termasuk dipadukan manik-manik yang sangat disenangi konsumen mancanegara itu juga diserap pasaran Australia 9,33 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistok Provinsi Bali, Panasunan Siregar di Denpasar, Rabu.

Ia mengatakan, pakaian hasil sentuhan tangan-tangan terampil wanita Bali itu juga ditampung pasaran Singapura 8,16 persen, Jepang 7,48 persen, Thailand 0,36 persen dan Jerman 3,18 persen.

Pasaran Hong Kong menyerap 0,09 persen, Perancis 8,08 persen, Spanyol 2,03 persen, Inggris 13,57 persen dan sisanya 25,52 persen diserap oleh sejumlah negara lainnya di belahan dunia.

Panasunan Siregar menambahkan, perolehan devisa dari ekspor pakaian jadi bulan rajutan itu menurun 23,47 dibanding bulan April 2014 yang tercatat 5,42 juta dolar AS.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali mencatat ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) Bali selama lima bulan periode Januari-Mei 2014 sebesar 53,28 juta dolar AS, menurun 12,14 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya mencapai 60,65 juta dolar AS.

TPT mampu memberikan kontribusi sebesar 24,78 persen terhadap total ekspor daerah ini mencapai 215,04 juta dolar AS.

Perolehan devisa tersebut atas pengapalan 37,75 juta potong selama lima bulan pertama 2014, berkurang 2,91 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 38,88 juta potong.

Seorang pengusaha eksportir TPT Bali, Ni Nyoman Sukerti dalam kesempatan terpisah menjelaskan, realisasi perdagangan ekspor pakaian jadi hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali kini tidak secerah belasan tahun silam, namun tetap ada saja yang dikirim ke pasaran ekspor terutama ke Amerika Serikat.

Perdagangan pakaian jadi sekarang tidak lagi yang terbesar, melorot dari peringkat pertama menjadi keurutan ketiga setelah kerajinan kayu dan ikan termasuk udang.

Dengan demikian banyak pengusaha pakaian di Pulau Dewata sekarang tidak lagi terlalu bergairah, mengingat pangsa pasar yang semakin berkurang, disamping adanya persaingan ketat dari negara tetangga serta kondisi ekonomi konsumen belum pulih benar.

Pengusaha pakaian di Bali kini banyak berpaling dengan merebut pangsa pasar lokal hanya untuk bisa bertahan hidup, ujarnya.(WRA) 

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gede Wira Suryantala


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014