Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB) kembali menggelar diskusi dan pemutaran film "Bali Tempo Doeloe" yang mengusung tema "Mistik dan Turistik Bersisian di Nusa Penida".

"Kegiatan yang memasuki seri ke-12 itu berlangsung di BBB Ketewel, Kabupaten Gianyar, Kamis (24/7)," kata staf BBB Juwitta Lasut yang menata kegiatan tersebut di Denpasar, Rabu.

Menurut dia, film Bali Tempo Doeloe mengulas tentang sejarah Nusa Penida, Pulau yang terpisah dengan daratan Bali yang secara administratif masuk wilayah Kabupaten Klungkung serta perkembangannya di masa kini, menyangkut kebudayaan, sosial, ekologi dan ekonomi.

Sebagai pembicara dalam diskusi tersebut Ida Bagus Sidemen, seorang sejarawan dan budayawan yang telah menulis sejumlah buku serta I Dewa Wicaksana, dosen Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar.

Nusa Penida sebelum menjadi kawasan wisata dengan eloknya pemandangan alam beserta kekayaan biota bawah lautnya, tentu tidak banyak kalangan yang mengenal Pulau Nusa Penida.

Bahkan awalnya Nusa Penida itu dikenal sebagai daerah tandus dan gersang bahkan pada abad ke-18 difungsikan sebagai penjara bagi para tahanan dari Kerajaan Gelgel.

Namun Nusa Penida, pulau yang kini menjadi bagian dari Kabupaten Klungkung diyakini sebagai lokasi bersemayam para Dewata dengan daya magis luar biasa, yang membuat penduduk Bali menyeberang selat Klungkung setiap waktu guna memohon keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan kesejahteraan.

Sejumlah tempat suci skala besar ada di Nusa Penida antara lain Pura Penataran Dalem Ped, Pura Ratu Gde Mecaling, Goa Giri Putri dan situs-situs religi penting lainnya.

Juwitta Lasut menjelaskan, ada cerita menarik dari pendirian pura-pura tersebut yang membuktikan betapa Nusa Penida dipercaya menyimpan tuah magis yang kuat, di antaranya kisah seputar Pura Ratu Gde Mecaling yang lokasinya berdekatan dengan Pura Penataran Dalem Ped.

"Menurut lontar Babad Dalem, pura Penataran Dalem Ped dibangun pada abad ke-14 tatkala rakyat Nusa Penida menentang kekuasaan Dalem Waturenggong, seorang raja Gelgel tersohor. Di bawah pimpinan Dalem Bungkut, mereka mengadakan perlawanan, meskipun dengan mudah dapat dipatahkan oleh pasukan Gelgel, yang selanjutnya mendirikan perwakilan kekuasaan Gelgel di Nusa Penida," tutur Putu Aryastawa, staf BBB lainnya.

Ia menjelaskan, guna menjaga agar Nusa Penida tidak diganggu oleh pihak Kerajaan Gelgel, rakyat setempat membangun Pura Ratu Sakti Ped sebagai medium memohon kekuatan roh Ratu Gde Mecaling dari Dewi Durga.

Konon, roh Ratu Sakti tersebut dapat menyeberang ke Pulau Bali untuk membinasakan siapa saja yang berniat mengganggu Nusa Penida, hal yang membuat rakyat Bali di sepanjang pantai selatan (Klungkung, Gianyar dan Badung) merasa amat takut terhadap kekuatan mistik itu.

"Kekuatan mistik tersebut kini bersisian dengan kekuatan turistik yang menyerbu Pulau Nusa Penida, tecermin dari perkembangan pariwisata di wilayah Nusa Penida, Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan," ujar Putu Aryastawa .

Pulau Nusa Penida selain didatangi umat Hindu untuk mengadakan persembahyangan, juga senantiasa mendatang kunjungan wisatawan mancanegara menikmati keindahan panorama alam. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Nyoman Aditya T I


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014