Tabanan (Antara Bali) - Wakil rakyat menilai bahwa masih banyaknya koperasi yang "sakit" dan tidak dapat berkembang dengan baik di Kabupaten Tabanan, Bali, bukan semata kesalahan pengurus koperasi, namun juga disebabkan lemahnya pembinaan pemerintah.
"Banyak koperasi di Tabanan yang 'sakit' atau tidak bisa berkembang secara optimal. Ini semata bukan disebabkan kesalahan koperasi itu sendiri, melainkan kesalahan kita bersama," kata Ketua DPRD Tabanan I Ketut Suryadi kepada wartawan di Tabanan, Jumat.
Menurutnya, jika ditelusuri kesalahan tersebut terletak pada kurang maksimalnya langkah pembinaan yang dilakukan pemerintah terhadap lembaga yang menjadi soko guru perekonomian nasional itu.
Ia mengharapkan semua pihak utamamya pemerintah, dalam hal ini dinas terkait, segera dapat berbenah dan melakukan introspeksi diri menyangkut masalah pembinaan koperasi tersebut.
Suryadi mengaku prihatin melihat kondisi tidak berkembangnya perkoperasian di daerah berjuluk lumbung berasnya Bali itu. Adanya kendala internal dan eksternal yang telah menyebabkan koperasi tidak dapat berkembang dengan optimal.
"Jangan semata menyalahkan koperasi bila kondisinya seperti itu. Kita harus intropeksi, sejauh mana instansi atau lembaga yang menangani pembinaan koperasi, apakah sudah menjalankan fungsinya secara baik dan melakukan itu ?," ujar dia dengan nada mempertanyakan.
Meningkatkanya secara kuantitas jumlah koperasi di Kabupaten Tabanan di satu sisi menunjukkan fenomena menggembirakan, namun di sisi lain mengundang keprihatinan karena dari sisi kualitas layak dipertanyakan.
Terlebih dari laporan yang ada, puluhan koperasi di Tabanan kondisinya seolah hidup segan mati tak mau dan nyaris bangkrut. "Kami harapkan pihak terkait lebih intensif melakukan pembinaan, jangan hanya berwacana," kata Suryadi yang juga Penasihat Koperasi Pembudiaya Ikan Mina Lestari.
Untuk itu diperlukan langkah nyata dengan turun langsung ke lapangan melakukan pembinaan ke koperasi-koperasi yang kondisinya sekarat.
Suryadi menambahkan, terbatasnya dana selama ini sering dipakai alasan utama penyebab lemah atau kurangnya pembinaan di lapangan, tidak sepenuhnya bisa diterima. Sebab pihaknya di legislatif mengetahui alokasi anggaran masing-masing instansi termasuk di Dinas Koperasi dan UKM.
"Sekali lagi, lemahnya pembinaan bukan karena kekurangan dana namun lebih disebabkan sumber daya manusia (SDM) pembinanya yang masih lemah," katanya menandaskan.
Ia mengungkapkan hal itu bukan dimaksudkan untuk menyalahkan siapa-siapa, namun lebih didasari memotivasi agar instansi pembina koperasi melakukan intropeksi dan pembenahan, sehingga ke depan peningkatan kuantitas koperasi di Tabanan dapat bdibarengi peningkatan kualitas.
"Kami di dewan berharap koperasi di Tabanan bisa meningkat baik itu kuantitas maupun kualitas, dan ini membutuhkan kerja keras semua pihak terkait," katanya menegaskan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010