Kuala Lumpur (Antara Bali) - Indonesia dan Malaysia sebagai negara serumpun memiliki permasalahan serupa terkait terjadinya kesenjangan (gap) antara kaya dan miskin dengan mayoritas masyarakat miskin berasal dari golongan bumiputera.
"Menyadari adanya gap antara golongan kaya dan miskin maka perbaikan kualitas sumber daya manusia adalah kunci utama dalam mengatasi permasalahan tersebut," ungkap Menteri Koordinator Perekonomian, Chairul Tanjung di Universiti Teknologi Mara (UiTM), Shah Alam, Selangor, Malaysia, Minggu.
Menurut dia, selain rendahnya tingkat pendidikan, pengaruh sikap mental atau karakter yang biasa disebut sebagai "budaya kemiskinan" juga membuat masyarakat kita sulit keluar dari keterbelakangan dan kemiskinan.
Beberapa sikap mental atau karakter itu, yaitu merasa rendah diri (inferior), malas karena alam telah menyediakan segalanya, menggantungkan diri pada pertolongan, merasa terkucil dan terpingirkan.
Dia mengatakan ada filosofi menarik yang dapat dijadikan pelajaran dari kupu-kupu yang harus berjuang sekuat tenaga untuk keluar dari kepompongnya.
Filosofi ini menggambarkan jika ingin maju dan sukses, harus seperti kupu-kupu yang mampu berjuang keluar dari kepompongnya dengan kekuatan sendiri.
Filosofi ini mengajarkan agar tidak terlalu mengandalkan bantuan orang lain karena hal tersebut justru akan melemahkan semangat juang dalam menghadapi tantangan yang menghadang.
"Kerja keras serta ketekunan akan melatih kita untuk menang dalam persaingan. Filosofi ini perlu ditanamkan dalam diri kita masing-masing," ucap Chairul Tanjung.
Selanjutnya, pembangunan SDM harus pula menumbuhkan jiwa kewirausahaan agar inovasi dapat dikomersialisasi dan pada gilirannya terciptakan nilai tambah yang maksimal.
"Kita harus mampu tidak hanya membaca, menangkap tetapi juga menciptakan peluang agar inovasi yang dihasilkan mampu mempunyai nilai tambah," katanya yang sudah 30 tahun menggeluti bisnis kewirausahaan.
Untuk itu, CT (Chairul Tanjung) mengajak untuk menjadikan kemiskinan dan ketertinggalan sebagai musuh bersama yang harus dilawan dengan kerja keras dan disiplin.
"Mari bersama-sama mewujudkan cita-cita mulia untuk menjadikan masyarakat yang unggul, bermartabat dan sejahtera," imbaunya.
Doktor Kehormatan
Sementara itu, kehadiran Chairul Tanjung di Malaysia adalah untuk menerima gelar doktor kehormatan (Honoris Causa) di bidang kewirausahaan dari Universiti Teknologi Mara Malaysia (UiTM).
Gelar Kehormatan tersebut diserahkan langsung Yang Di-Pertuan Agung Malaysia, Almu'tasimu Billahi Muhibbuddin Tuan Al Haj Abdul Halim Mu'adzam Shah Ibni Almarhum Sultan Badlishah, di Gedung pertemuan UiTM, Shah Alam, Selangor, Malaysia, Minggu.
Chairul Tanjung atau sering disebut CT ini merupakan orang ketiga dari luar Malaysia yang menerima gelar kehormatan tersebut. Pertama diberikan kepada Nelson Mandela untuk bidang politik dan kedua untuk ilmuwan asal Pakistan bidang kimia.
"Saya merasa bangga dan bersyukur karena dapat gelar kehormatan ini seperti yang diterima seperti Nelson Mandela," ucapnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Menyadari adanya gap antara golongan kaya dan miskin maka perbaikan kualitas sumber daya manusia adalah kunci utama dalam mengatasi permasalahan tersebut," ungkap Menteri Koordinator Perekonomian, Chairul Tanjung di Universiti Teknologi Mara (UiTM), Shah Alam, Selangor, Malaysia, Minggu.
Menurut dia, selain rendahnya tingkat pendidikan, pengaruh sikap mental atau karakter yang biasa disebut sebagai "budaya kemiskinan" juga membuat masyarakat kita sulit keluar dari keterbelakangan dan kemiskinan.
Beberapa sikap mental atau karakter itu, yaitu merasa rendah diri (inferior), malas karena alam telah menyediakan segalanya, menggantungkan diri pada pertolongan, merasa terkucil dan terpingirkan.
Dia mengatakan ada filosofi menarik yang dapat dijadikan pelajaran dari kupu-kupu yang harus berjuang sekuat tenaga untuk keluar dari kepompongnya.
Filosofi ini menggambarkan jika ingin maju dan sukses, harus seperti kupu-kupu yang mampu berjuang keluar dari kepompongnya dengan kekuatan sendiri.
Filosofi ini mengajarkan agar tidak terlalu mengandalkan bantuan orang lain karena hal tersebut justru akan melemahkan semangat juang dalam menghadapi tantangan yang menghadang.
"Kerja keras serta ketekunan akan melatih kita untuk menang dalam persaingan. Filosofi ini perlu ditanamkan dalam diri kita masing-masing," ucap Chairul Tanjung.
Selanjutnya, pembangunan SDM harus pula menumbuhkan jiwa kewirausahaan agar inovasi dapat dikomersialisasi dan pada gilirannya terciptakan nilai tambah yang maksimal.
"Kita harus mampu tidak hanya membaca, menangkap tetapi juga menciptakan peluang agar inovasi yang dihasilkan mampu mempunyai nilai tambah," katanya yang sudah 30 tahun menggeluti bisnis kewirausahaan.
Untuk itu, CT (Chairul Tanjung) mengajak untuk menjadikan kemiskinan dan ketertinggalan sebagai musuh bersama yang harus dilawan dengan kerja keras dan disiplin.
"Mari bersama-sama mewujudkan cita-cita mulia untuk menjadikan masyarakat yang unggul, bermartabat dan sejahtera," imbaunya.
Doktor Kehormatan
Sementara itu, kehadiran Chairul Tanjung di Malaysia adalah untuk menerima gelar doktor kehormatan (Honoris Causa) di bidang kewirausahaan dari Universiti Teknologi Mara Malaysia (UiTM).
Gelar Kehormatan tersebut diserahkan langsung Yang Di-Pertuan Agung Malaysia, Almu'tasimu Billahi Muhibbuddin Tuan Al Haj Abdul Halim Mu'adzam Shah Ibni Almarhum Sultan Badlishah, di Gedung pertemuan UiTM, Shah Alam, Selangor, Malaysia, Minggu.
Chairul Tanjung atau sering disebut CT ini merupakan orang ketiga dari luar Malaysia yang menerima gelar kehormatan tersebut. Pertama diberikan kepada Nelson Mandela untuk bidang politik dan kedua untuk ilmuwan asal Pakistan bidang kimia.
"Saya merasa bangga dan bersyukur karena dapat gelar kehormatan ini seperti yang diterima seperti Nelson Mandela," ucapnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014