Jakarta (Antara Bali) - Indonesia sebagai negara kepulauan yang sepertiga wilayahnya merupakan kawasan perairan memiliki potensi budaya perikanan yang sangat luas hingga mencapai total sebanyak 1,86 hektare.
"Indonesia memiliki potensi lahan budidaya laut 8,36 juta hektare, budidaya air payau 1,3 juta hektare dan budidaya air tawar 2,2 juta hektare," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto, Kamis.
Menurut Slamet, angka-angka tersebut benar-benar dapat berpotensi menjadi peluang besar untuk masyarakat Indonesia dalam pengembangan dan peningkatan produksi budidaya.
Untuk itu, ujar dia, diperlukan pengawalan dengan sistem yang kuat secara efisien dapat menghasilkan ikan yang berkualitas dalam skala usaha masyarakat dengan tingkat kepastian iklim usaha yang tinggi.
Slamet menambahkan, budidaya ikan mengalami masalah yang krusial terutama pada jaminan bebas penyakit, bebas cemaran, sehingga perlu dikawal oleh suatu sistim jaminan mutu.
Selain itu, efisiensi produksi hanya dapat dilakukan melalui inovasi teknologi, pembentukan usaha melalui kelompok mandiri yang sehat serta intervensi pemerintah dalam membentuk pola usaha yang tangguh karena pembudidaya kerap menghadapi kesulitan finansial.
Indonesia dinilai juga mesti dapat meningkatkan baik kuantitas maupun kualitas sektor pengolahan komoditas perikanan domestik untuk meningkatkan daya saing produk perikanan nasional dan mensejahterakan nelayan tradisional.
"Kontribusi sektor pengolahan dari 40 persen pada 2008, sekarang hanya 20-30 persen dari total produk kita," kata Ketua Dewan Pembina Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) M Riza Damanik di Jakarta, Kamis (19/6). (ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Indonesia memiliki potensi lahan budidaya laut 8,36 juta hektare, budidaya air payau 1,3 juta hektare dan budidaya air tawar 2,2 juta hektare," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto, Kamis.
Menurut Slamet, angka-angka tersebut benar-benar dapat berpotensi menjadi peluang besar untuk masyarakat Indonesia dalam pengembangan dan peningkatan produksi budidaya.
Untuk itu, ujar dia, diperlukan pengawalan dengan sistem yang kuat secara efisien dapat menghasilkan ikan yang berkualitas dalam skala usaha masyarakat dengan tingkat kepastian iklim usaha yang tinggi.
Slamet menambahkan, budidaya ikan mengalami masalah yang krusial terutama pada jaminan bebas penyakit, bebas cemaran, sehingga perlu dikawal oleh suatu sistim jaminan mutu.
Selain itu, efisiensi produksi hanya dapat dilakukan melalui inovasi teknologi, pembentukan usaha melalui kelompok mandiri yang sehat serta intervensi pemerintah dalam membentuk pola usaha yang tangguh karena pembudidaya kerap menghadapi kesulitan finansial.
Indonesia dinilai juga mesti dapat meningkatkan baik kuantitas maupun kualitas sektor pengolahan komoditas perikanan domestik untuk meningkatkan daya saing produk perikanan nasional dan mensejahterakan nelayan tradisional.
"Kontribusi sektor pengolahan dari 40 persen pada 2008, sekarang hanya 20-30 persen dari total produk kita," kata Ketua Dewan Pembina Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) M Riza Damanik di Jakarta, Kamis (19/6). (ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014