Singaraja (Antara Bali) - Hasil kerajinan tradisional aneka jenis "ingke" yang dikerjakan kaum ibu dan remaja putri di Desa Bulian, Buleleng, semakin diminati kalangan pengusaha restoran dan rumah makan di berbagai daerah pariwisata Bali.

"Sebagai alat pengganti piring, Ingke sangat memudahkan kalangan ibu rumah tangga, pengelola restoran atau rumah makan dalam membereskan peralatan setelah makan karena tidak perlu mencuci seperti piring," kata Wayan Nake, pedagang pengepul Inke di Desa Bulian, Kamis.

Menurut dia, ingke yang dibuat dari lidi daun kelapa yang dianyam menyerupai piring banyak terdapat di Desa Bulian dan desa desa di sekitarnya, selain di restoran dan rumah makan.

Ingke berkesan unik atau klasik ini juga digunakan untuk menjamu tamu yang datang saat menyelenggarakan acara adat dan keagamaan.

Menurut Nake, terasa lebih bersih, nyaman, ringan dan mudah karena tidak perlu dicuci sehabis makan. Ingke cukup dilapisi dengan kertas saat makan dan setelah makan cukup kertasnya saja yang dibuang sedangkan ingke disimpan kembali tanpa menimbulkan bunyi jika terjadi sentuhan seperti piring.

"Saat ini penjualan ingke sangat laris, karena setiap minggunya kami masih bisa mengirim ingke ke berbagi daerah di Bali untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan pengelola restoran dan rumah makan yang ada di Denpasar, Badung, Klungkung, Tabanan, Bangli, Karangasem dan Buleleng.

Jenis ingke yang dibuat pengrajin terus berkembang tidak hanya sebatas pengganti piring untuk makan, tetapi sudah berkembang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat mulai ingke makan, ingke banten, ingke dulang, ingke jajan dan berbagai jenis ingke lainnya.

Harga yang ditawarakan juga berbeda-beda tegantung dari jenis ingkenya, seperti ingke makan seharga Rp2.000/biji, ingke banten RP1.500/biji, ingke dulang Rp50.000/stel, dan ingke jajan Rp12.000/stel. (ADT)

Pewarta:

Editor : I Nyoman Aditya T I


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014