Denpasar (Antara Bali) - Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta mengatakan keberadaan kelapa sawit di Tanah Air, selain dimanfaatkan untuk industri bahan makanan, tetapi limbahnya bisa diolah menjadi energi terbarukan atau bioenergi.
"Manfaat kelapa sawit selain untuk kebutuhan industri makanan, juga limbahnya ke depan bisa digunakan untuk energi pengganti solar dan premium," katanya di sela acara "International Oil Palm Conference (IOPC)" di Nusa Dua, Bali, Selasa.
Ia mengatakan di tengah krisis energi yang terjadi di dunia saat ini, maka Indonesia mengambil langkah maju untuk mengembangkan teknologi minyak kelapa sawit menjadi bioenergi dengan bahan baku kelapa sawit.
"Pemerintah mendukung penuh pengembangan teknologi ini karena dalam jangka 10 sampai 20 tahun mendatang energi yang bersumber dari fosil secara perlahan-lahan akan habis," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, selain terus melakukan peremajaan dengan penanaman kelapa sawit yang dikelola oleh pengusaha inti rakyat (PIR), tetapi juga dianjurkan kepada perkebunan yang dimiliki masyarakat.
"Langkah peremajaan pohon kelapa sawit dengan bibit unggul, maka produksi yang dihasilkan akan terus meningkat, dibanding pohon sebelumnya. Sebab bibit sawit unggul tersebut merupakan hasil dari penelitian para pakar perkebunan," katanya.
Menristek Muhammad Hatta lebih lanjut mengatakan dengan kelapa sawit unggul tersebut saat ini telah menghasilkan dua kali lipat dari sebelumnya.
"Diperkirakan luas kebun kelapa sawit di Indonesia sebanyak 9,3 juta hektare yang tersebar di beberapa daerah dengan hasil mencapai 3,8 juta ton," katanya.
Kegiatan konferensi kelapa sawit tersebut diikuti dari pengusaha minyak sawit, akademisi, peneliti, asosiasi petani kelapa sawit, instansi pemerintah dan swasta. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Manfaat kelapa sawit selain untuk kebutuhan industri makanan, juga limbahnya ke depan bisa digunakan untuk energi pengganti solar dan premium," katanya di sela acara "International Oil Palm Conference (IOPC)" di Nusa Dua, Bali, Selasa.
Ia mengatakan di tengah krisis energi yang terjadi di dunia saat ini, maka Indonesia mengambil langkah maju untuk mengembangkan teknologi minyak kelapa sawit menjadi bioenergi dengan bahan baku kelapa sawit.
"Pemerintah mendukung penuh pengembangan teknologi ini karena dalam jangka 10 sampai 20 tahun mendatang energi yang bersumber dari fosil secara perlahan-lahan akan habis," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, selain terus melakukan peremajaan dengan penanaman kelapa sawit yang dikelola oleh pengusaha inti rakyat (PIR), tetapi juga dianjurkan kepada perkebunan yang dimiliki masyarakat.
"Langkah peremajaan pohon kelapa sawit dengan bibit unggul, maka produksi yang dihasilkan akan terus meningkat, dibanding pohon sebelumnya. Sebab bibit sawit unggul tersebut merupakan hasil dari penelitian para pakar perkebunan," katanya.
Menristek Muhammad Hatta lebih lanjut mengatakan dengan kelapa sawit unggul tersebut saat ini telah menghasilkan dua kali lipat dari sebelumnya.
"Diperkirakan luas kebun kelapa sawit di Indonesia sebanyak 9,3 juta hektare yang tersebar di beberapa daerah dengan hasil mencapai 3,8 juta ton," katanya.
Kegiatan konferensi kelapa sawit tersebut diikuti dari pengusaha minyak sawit, akademisi, peneliti, asosiasi petani kelapa sawit, instansi pemerintah dan swasta. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014