Denpasar (Antara Bali) - Bisnis aneka patung menyerupai tokoh tokoh wayang, para dewa dan bidadari serta binatang di Badung dan Denpasar, Bali makin lesu lantaran adanya persaingan tidak sehat sehingga tidak lagi bisa diharapkan sebagai mata pencaharian utama untuk menghidupi keluarga.
"Jumlah pedagang patung terus bertambah karena awalnya mereka tertarik dengan keuntungan jualan patung, namun karena terlalu banyak pedagang tentu harga patung terus jatuh," ujar Agung, pemilik toko patung di kawasan Desa Kapal, Kabupaten Badung, Rabu.
Ia menjelaskan, kalau konsumen tetap ada baik wisatawan nusantara, mancanegara dan juga masyarakat Bali sendiri, karena patung yang dijual selain memiliki daya tarik estetika juga memiliki nilai filosofis, sejarah, kebudayaan dan keagamaan yang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dan dipandang unik oleh para wisatawan.
Kalau dilihat, katanya, prospek bisnis patung sebetulnya tetap bagus asalkan ada penataan yang baik dan kebersamaan di antara para pedagang patung agar tidak terjerumus persaingan tidak sehat seperti sekarang ini yang keuntungan yang didapat sangat minim tidak cukup untuk kebutuhan keluarga.
Ia menjelaskan, pedagang patung kini tidak semujur seperti pada era 1998 sampai 2000 yang lalu, karena saat itu belum banyak pengusaha yang terjun ke bisnis ini sehingga harga sangat terkontrol dan demikian juga konsumen lumayan mampu memberikan keuntungan yang besar.
"Namun sekarang ini banyak saingan yang bergerak dalam usaha yang sama yang tentunya mengurangi jumlah pendapatan. Berbagai usahapun dilakukan agar dagangannya tetap laku misalnya dengan memberikan motif warna pada patung agar memberikan kesan yang beda pada patung-patung yang dijajakan oleh pedagang lain," ujarnya.
Menurut dia, sebelumnya hingga tahun 2000 dengan usaha berjualan patung bali saja sudah bisa menghidupi satu keluargabahkan bisa membeli barang, namun sekarang berdagang patung bali hanya sebagai usaha sampingan.
Ia menjelaskan, saat ini berbagai jenis patung sudah ada di pasaran, seperti patung jenis tokoh wayang Tualen, Ganesha (Gajah), Bidadari, Dewa Brahma pencipta alam semesta, Wisnu dewa pemelihara alam semesta, Singa, Macan, dan berbagai jenis patung lainnya.
Harga patung yang ditawarkan juga berbeda-beda tergantung dari jenis dan ukurannya, misal harga patung yang berukuran sedang, untuk harga patung tualen berkisaran antara Rp 400.000 sampai Rp 500.000, harga patung dedari berkisaran Rp 250.000, harga patung singa berkisaran Rp 250.000 dan harga patung macan berkisaran Rp 200.000, sedangakan untuk patung berukuran besar harganya bisa berkisaran antara Rp 1 juta sampai Rp 10 jutaan.
Sementara pedagang patung lainnya, eka Swastini, menjelaskan, pendapatan para pedagang patung Bali pada saat ini tidaklah sebesar pada saat tahun-tahun sebelumnya, karena dulu jumlah pedagang masih sangat sedikit sehingga persaingan antarpedagang juga masih minim.
"Meskipun sudah banyak saingan dan untung yang didapat berkurang, mau apalagi namanya juga usaha pasti ada pasang surut, lagi pula usaha ini sudah kami geluti sejak lama dan berjasa dalam menafkahi keluarga," ujarnya
Menurut dia, pada saat hari-hari biasa hanya bisa laku satu atau dua jenis patung atau bahkan tidak ada pembeli sama sekali.
"Akan tetapi biasanya pembeli patung akan ramai pada saat hari raya besar atau hari libur nasional baik itu berasal dari dalam kota atau dari luar kota, bahkan luar negeri namun itu juga tidak seramai tahun-tahun sebelumnya,"kata Eka. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Jumlah pedagang patung terus bertambah karena awalnya mereka tertarik dengan keuntungan jualan patung, namun karena terlalu banyak pedagang tentu harga patung terus jatuh," ujar Agung, pemilik toko patung di kawasan Desa Kapal, Kabupaten Badung, Rabu.
Ia menjelaskan, kalau konsumen tetap ada baik wisatawan nusantara, mancanegara dan juga masyarakat Bali sendiri, karena patung yang dijual selain memiliki daya tarik estetika juga memiliki nilai filosofis, sejarah, kebudayaan dan keagamaan yang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dan dipandang unik oleh para wisatawan.
Kalau dilihat, katanya, prospek bisnis patung sebetulnya tetap bagus asalkan ada penataan yang baik dan kebersamaan di antara para pedagang patung agar tidak terjerumus persaingan tidak sehat seperti sekarang ini yang keuntungan yang didapat sangat minim tidak cukup untuk kebutuhan keluarga.
Ia menjelaskan, pedagang patung kini tidak semujur seperti pada era 1998 sampai 2000 yang lalu, karena saat itu belum banyak pengusaha yang terjun ke bisnis ini sehingga harga sangat terkontrol dan demikian juga konsumen lumayan mampu memberikan keuntungan yang besar.
"Namun sekarang ini banyak saingan yang bergerak dalam usaha yang sama yang tentunya mengurangi jumlah pendapatan. Berbagai usahapun dilakukan agar dagangannya tetap laku misalnya dengan memberikan motif warna pada patung agar memberikan kesan yang beda pada patung-patung yang dijajakan oleh pedagang lain," ujarnya.
Menurut dia, sebelumnya hingga tahun 2000 dengan usaha berjualan patung bali saja sudah bisa menghidupi satu keluargabahkan bisa membeli barang, namun sekarang berdagang patung bali hanya sebagai usaha sampingan.
Ia menjelaskan, saat ini berbagai jenis patung sudah ada di pasaran, seperti patung jenis tokoh wayang Tualen, Ganesha (Gajah), Bidadari, Dewa Brahma pencipta alam semesta, Wisnu dewa pemelihara alam semesta, Singa, Macan, dan berbagai jenis patung lainnya.
Harga patung yang ditawarkan juga berbeda-beda tergantung dari jenis dan ukurannya, misal harga patung yang berukuran sedang, untuk harga patung tualen berkisaran antara Rp 400.000 sampai Rp 500.000, harga patung dedari berkisaran Rp 250.000, harga patung singa berkisaran Rp 250.000 dan harga patung macan berkisaran Rp 200.000, sedangakan untuk patung berukuran besar harganya bisa berkisaran antara Rp 1 juta sampai Rp 10 jutaan.
Sementara pedagang patung lainnya, eka Swastini, menjelaskan, pendapatan para pedagang patung Bali pada saat ini tidaklah sebesar pada saat tahun-tahun sebelumnya, karena dulu jumlah pedagang masih sangat sedikit sehingga persaingan antarpedagang juga masih minim.
"Meskipun sudah banyak saingan dan untung yang didapat berkurang, mau apalagi namanya juga usaha pasti ada pasang surut, lagi pula usaha ini sudah kami geluti sejak lama dan berjasa dalam menafkahi keluarga," ujarnya
Menurut dia, pada saat hari-hari biasa hanya bisa laku satu atau dua jenis patung atau bahkan tidak ada pembeli sama sekali.
"Akan tetapi biasanya pembeli patung akan ramai pada saat hari raya besar atau hari libur nasional baik itu berasal dari dalam kota atau dari luar kota, bahkan luar negeri namun itu juga tidak seramai tahun-tahun sebelumnya,"kata Eka. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014