Denpasar (Antara Bali) - Dinas Kesehatan Bali mencatat delapan kasus kematian akibat demam berdarah yang tersebar di kabupaten/kota sejak Januari hingga April 2014.
"Secara nasional angka insiden kematian akibat demam berdarah tidak boleh melebihi dari satu persen," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Bali dr Gede Wira Sunetra di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan jumlah kematian akibat demam berdarah tersebut terdapat di Kota Denpasar sebanyak empat orang, kemudian Kabupaten Gianyar (2), Badung (1), Jembrana (1).
Gede Wira menuturkan bahwa rata - rata kasus kematian atau "Case Fatality Rate" (CFR) mencapai 0,23 persen di Bali. Namun, hal tersebut tidak melebihi satu persen dari jumlah kasus kematian secara nasional akibat demam berdarah.
"Apabila CFR di atas satu persen maka dikatakan penanganannya kasus demam berdarah tidak maksimal. Namun di Bali sudah baik," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa rata-rata insiden kematian (CFR) akibat demam berdarah di Bali dibandingkan tahun sebelumnya sudah menurun. Namun, total kasus perawatan yang ditemukan pada bulan Januari hingga April sekitar 3493 laporan.
Ia mengatakan tahun sebelumnya total kasus yang terjadi sebanyak 7.000 kasus di seluruh kabupaten/kota di Bali dan kemungkinan hingga Desember 2014 akan mengalami peningkatan.
Untuk kasus demam berdarah secara nasional, lanjut dia, insiden kasusnya tidak boleh melebihi dari 52 kasus per 100 ribu jumlah penduduk. Namun, di Bali sendiri dari awal Januari hingga April 2014 rata-rata kasus atau Indeks Rate (IR) sudah mencapai 84,01 per 100 ribu penduduk dari total kasus 3.493 kasus.
Jumlah insiden kasus demam berdarah tersebut tehitung dari Januari hingga April 2014 terbanyak di sembilan kabupaten/kota di Bali, yakni Denpasar sebanyak 902 kasus, Kabupaten Buleleng (890), Badung (833), Gianyar (255), Tabanan (237), Karangasem (141).
Kemudian Klungkung (93), Bangli (77) dan Jembrana (50). "Jumlah tersebut akan terus bertambah seiring perubahan iklim saat ini," ujarnya.
Upaya lain yang dilakukan untuk mencegah DB tersebut, lanjut dia, pihaknya akan melihat dari penatalaksanaan kasus yang ada sebelum mendiagnosis secara pasti adanya gejala demam berdarah.
"Hal tersebut, harus didukung dengan pemeriksaan laboratorium apabila terjadi penurunan trombosit, leukopeni, atau imunoglobulin sehingga secara pasti diagnosisnya DB," ujarnya.(WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Secara nasional angka insiden kematian akibat demam berdarah tidak boleh melebihi dari satu persen," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Bali dr Gede Wira Sunetra di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan jumlah kematian akibat demam berdarah tersebut terdapat di Kota Denpasar sebanyak empat orang, kemudian Kabupaten Gianyar (2), Badung (1), Jembrana (1).
Gede Wira menuturkan bahwa rata - rata kasus kematian atau "Case Fatality Rate" (CFR) mencapai 0,23 persen di Bali. Namun, hal tersebut tidak melebihi satu persen dari jumlah kasus kematian secara nasional akibat demam berdarah.
"Apabila CFR di atas satu persen maka dikatakan penanganannya kasus demam berdarah tidak maksimal. Namun di Bali sudah baik," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa rata-rata insiden kematian (CFR) akibat demam berdarah di Bali dibandingkan tahun sebelumnya sudah menurun. Namun, total kasus perawatan yang ditemukan pada bulan Januari hingga April sekitar 3493 laporan.
Ia mengatakan tahun sebelumnya total kasus yang terjadi sebanyak 7.000 kasus di seluruh kabupaten/kota di Bali dan kemungkinan hingga Desember 2014 akan mengalami peningkatan.
Untuk kasus demam berdarah secara nasional, lanjut dia, insiden kasusnya tidak boleh melebihi dari 52 kasus per 100 ribu jumlah penduduk. Namun, di Bali sendiri dari awal Januari hingga April 2014 rata-rata kasus atau Indeks Rate (IR) sudah mencapai 84,01 per 100 ribu penduduk dari total kasus 3.493 kasus.
Jumlah insiden kasus demam berdarah tersebut tehitung dari Januari hingga April 2014 terbanyak di sembilan kabupaten/kota di Bali, yakni Denpasar sebanyak 902 kasus, Kabupaten Buleleng (890), Badung (833), Gianyar (255), Tabanan (237), Karangasem (141).
Kemudian Klungkung (93), Bangli (77) dan Jembrana (50). "Jumlah tersebut akan terus bertambah seiring perubahan iklim saat ini," ujarnya.
Upaya lain yang dilakukan untuk mencegah DB tersebut, lanjut dia, pihaknya akan melihat dari penatalaksanaan kasus yang ada sebelum mendiagnosis secara pasti adanya gejala demam berdarah.
"Hal tersebut, harus didukung dengan pemeriksaan laboratorium apabila terjadi penurunan trombosit, leukopeni, atau imunoglobulin sehingga secara pasti diagnosisnya DB," ujarnya.(WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014