Denpasar (Antara Bali) - Ketua Umum Forum Intelektual Indonesia (FII), Prof. Dr. Puruhito menyatakan organisasinya bersikap netral dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014.
"Kami tetap netral. Sebagai intelektual kami tidak boleh memihak," ucapnya dalam Konferensi Guru Besar (KGB) di Sanur, Denpasar, Bali, Sabtu.
Ia menampik dalam konferensi ke-6 yang dihadiri sedikitnya 400 guru besar dari seluruh Indonesia itu berpihak kepada salah satu pasangan calon tertentu.
Mantan Rektor Universitas Airlangga itu juga menegaskan bahwa tidak ada penyampaian visi dan misi dari salah satu pasangan atau dua kandidat capres dan cawapres yang dimasukkan ke dalam konferensi tersebut.
Menurut dia, konferensi kali ini membahas landasan kebangsaan, yakni Pancasila sebagai dasar negara yang perlu ditegakkan kembali.
Selain itu bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, jati diri bangsa, hubungan luar negeri dan penegakan hukum yang masih lemah menjadi topik pembahasan yang dibawa di dalam konferensi yang digelar hingga Minggu (8/7) tersebut.
"Nantinya hasil dalam konferensi ini akan menampung aspirasi para guru besar. Setelah itu akan kami berikan kepada pemimpin berikutnya," ucap dokter spesialis bedah jantung itu.
Dia yakin hasil dalam konferensi tersebut akan didengar dan direalisasikan oleh kepala negara mendatang mengingat pada pertemuan ke-2, yakni terkait perpanjangan usia pensiun guru besar, peningkatan gaji guru telah diwujudkan.
Begitu pula dengan pertemuan ke-3 yakni terkait jati diri bangsa yang kini telah diwujudkan menjadi bagian dalam mata kuliah pada jenjang pendidikan tinggi.
FII sendiri merupakan forum yang membawahi tiga lintas yakni guru besar, tokoh masyarakat dan lintas agama serta kalangan profesional.
Senada dengan dirinya, Ketua Dewan Pembina FII, Ahmad Zaini menyatakan bahwa pihaknya tidak berpolitik dan tidak memihak kepada salah satu kandidat.
Meski mengaku netral dan tak memihak namun secara pribadi ia menilai bahwa visi misi kandidat Prabowo-Hatta dinilai lebih konkrit seperti dalam hal ekonomi dan hukum.
Pengusaha itu juga menyatakan bahwa presiden yang ideal menurutnya adalah berani dan tegas. Tetapi gaya kalem, lanjut dia, bukan berarti juga tidak tegas.
"Visi misi kedua pasangan itu hampir sama. Tetapi saya pribadi melihat yang lebih mengena itu visi nomor urut satu (Prabowo-Hatta) karena dia lebih konkrit, lebih terang dan jelas. Saya tak berpihak tapi dalam hal ini saya lihat keduanya itu ada gaya militer yang tegas dan ada gaya biasa. Tetapi yang biasa itu jangan dianggap tidak tegas," ucapnya.
Pilpres 2014 diikuti oleh pasangan nomor urut 1 yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan nomor urut 2 yakni pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Kami tetap netral. Sebagai intelektual kami tidak boleh memihak," ucapnya dalam Konferensi Guru Besar (KGB) di Sanur, Denpasar, Bali, Sabtu.
Ia menampik dalam konferensi ke-6 yang dihadiri sedikitnya 400 guru besar dari seluruh Indonesia itu berpihak kepada salah satu pasangan calon tertentu.
Mantan Rektor Universitas Airlangga itu juga menegaskan bahwa tidak ada penyampaian visi dan misi dari salah satu pasangan atau dua kandidat capres dan cawapres yang dimasukkan ke dalam konferensi tersebut.
Menurut dia, konferensi kali ini membahas landasan kebangsaan, yakni Pancasila sebagai dasar negara yang perlu ditegakkan kembali.
Selain itu bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, jati diri bangsa, hubungan luar negeri dan penegakan hukum yang masih lemah menjadi topik pembahasan yang dibawa di dalam konferensi yang digelar hingga Minggu (8/7) tersebut.
"Nantinya hasil dalam konferensi ini akan menampung aspirasi para guru besar. Setelah itu akan kami berikan kepada pemimpin berikutnya," ucap dokter spesialis bedah jantung itu.
Dia yakin hasil dalam konferensi tersebut akan didengar dan direalisasikan oleh kepala negara mendatang mengingat pada pertemuan ke-2, yakni terkait perpanjangan usia pensiun guru besar, peningkatan gaji guru telah diwujudkan.
Begitu pula dengan pertemuan ke-3 yakni terkait jati diri bangsa yang kini telah diwujudkan menjadi bagian dalam mata kuliah pada jenjang pendidikan tinggi.
FII sendiri merupakan forum yang membawahi tiga lintas yakni guru besar, tokoh masyarakat dan lintas agama serta kalangan profesional.
Senada dengan dirinya, Ketua Dewan Pembina FII, Ahmad Zaini menyatakan bahwa pihaknya tidak berpolitik dan tidak memihak kepada salah satu kandidat.
Meski mengaku netral dan tak memihak namun secara pribadi ia menilai bahwa visi misi kandidat Prabowo-Hatta dinilai lebih konkrit seperti dalam hal ekonomi dan hukum.
Pengusaha itu juga menyatakan bahwa presiden yang ideal menurutnya adalah berani dan tegas. Tetapi gaya kalem, lanjut dia, bukan berarti juga tidak tegas.
"Visi misi kedua pasangan itu hampir sama. Tetapi saya pribadi melihat yang lebih mengena itu visi nomor urut satu (Prabowo-Hatta) karena dia lebih konkrit, lebih terang dan jelas. Saya tak berpihak tapi dalam hal ini saya lihat keduanya itu ada gaya militer yang tegas dan ada gaya biasa. Tetapi yang biasa itu jangan dianggap tidak tegas," ucapnya.
Pilpres 2014 diikuti oleh pasangan nomor urut 1 yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan nomor urut 2 yakni pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014