Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Provinsi Bali berharap alokasi anggaran untuk pembangunan rumah sakit berstandar internasional (RSI) dapat dikeluarkan oleh pemerintah pusat pada 2015 sesuai kesepakatan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas).
"Dalam Musrenbangnas beberapa waktu lalu, kami usulkan Rp125 miliar dan itu sudah disepakati bersama dengan Bappenas, kebetulan waktu itu Wagub Bali Ketut Sudikerta ikut hadir juga," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya di Denpasar, Minggu.
Menurut dia, pada Musrenbangnas itu disepakati pula alokasi anggaran tersebut akan digunakan untuk membantu pembangunan fisik RSI atau penyediaan alat kesehatan.
"Namun berapa ketok palu anggaran yang dikeluarkan lewat APBN itu nanti, tentu kami belum tahu pasti, tetapi semestinya sesuai dengan kesepakatan Musrenbangnas," ujarnya.
Suarjaya tidak memungkiri, RSI yang sedianya dibangun mulai 2012 tersebut hingga saat ini masih mengalami penundaan karena terganjal sejumlah persoalan. Meskipun demikian, tim akan tetap bergerak sembari menunggu kebijakan Gubernur Bali kapan itu akan dimulai.
"Untuk pembangunan fisik nanti menjadi kewenangan Dinas Pekerjaan Umum, sedangkan kami menyiapkan alat kesehatan dan sumber daya manusianya. Selain berharap alokasi anggaran lewat APBN, kami pun mengharapkan dapat dialokasikan pada APBD Perubahan Provinsi Bali tahun 2014, kalau tidak berarti menunggu 2015 baru bisa dimulai pembangunannya," kata Suarjaya.
Rumah sakit yang akan dibangun di atas lahan 2,95 hektare milik Pemprov Bali, nantinya berkapasitas 200 tempat tidur. Tahun sebelumnya terganjal pembangunannya dengan belum terbitnya IMB dari Pemerintah Kota Denpasar.
"Dari 200 tempat tidur, sekitar 30-35 persen diperuntukkan bagi pasien kelas III. Hal itu karena diharapkan dapat membantu pasien yang menggunakan layanan kesehatan Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) sehingga rujukan dari kabupaten bisa ditampung di situ," ujarnya.
Suarjaya menambahkan, terkait dengan SDM yang disiapkan, sepenuhnya akan menggunakan tenaga medis dan nonmedis lokal yang jumlahnya sekitar 700-1.000 orang.
"Namun, nanti mereka ada yang dilatih dan disekolahkan di luar negeri. Dengan demikian tenaga medis kita mampu bersaing dengan tenaga medis asing," ucapnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Dalam Musrenbangnas beberapa waktu lalu, kami usulkan Rp125 miliar dan itu sudah disepakati bersama dengan Bappenas, kebetulan waktu itu Wagub Bali Ketut Sudikerta ikut hadir juga," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya di Denpasar, Minggu.
Menurut dia, pada Musrenbangnas itu disepakati pula alokasi anggaran tersebut akan digunakan untuk membantu pembangunan fisik RSI atau penyediaan alat kesehatan.
"Namun berapa ketok palu anggaran yang dikeluarkan lewat APBN itu nanti, tentu kami belum tahu pasti, tetapi semestinya sesuai dengan kesepakatan Musrenbangnas," ujarnya.
Suarjaya tidak memungkiri, RSI yang sedianya dibangun mulai 2012 tersebut hingga saat ini masih mengalami penundaan karena terganjal sejumlah persoalan. Meskipun demikian, tim akan tetap bergerak sembari menunggu kebijakan Gubernur Bali kapan itu akan dimulai.
"Untuk pembangunan fisik nanti menjadi kewenangan Dinas Pekerjaan Umum, sedangkan kami menyiapkan alat kesehatan dan sumber daya manusianya. Selain berharap alokasi anggaran lewat APBN, kami pun mengharapkan dapat dialokasikan pada APBD Perubahan Provinsi Bali tahun 2014, kalau tidak berarti menunggu 2015 baru bisa dimulai pembangunannya," kata Suarjaya.
Rumah sakit yang akan dibangun di atas lahan 2,95 hektare milik Pemprov Bali, nantinya berkapasitas 200 tempat tidur. Tahun sebelumnya terganjal pembangunannya dengan belum terbitnya IMB dari Pemerintah Kota Denpasar.
"Dari 200 tempat tidur, sekitar 30-35 persen diperuntukkan bagi pasien kelas III. Hal itu karena diharapkan dapat membantu pasien yang menggunakan layanan kesehatan Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) sehingga rujukan dari kabupaten bisa ditampung di situ," ujarnya.
Suarjaya menambahkan, terkait dengan SDM yang disiapkan, sepenuhnya akan menggunakan tenaga medis dan nonmedis lokal yang jumlahnya sekitar 700-1.000 orang.
"Namun, nanti mereka ada yang dilatih dan disekolahkan di luar negeri. Dengan demikian tenaga medis kita mampu bersaing dengan tenaga medis asing," ucapnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014