Jakarta (ANTARA News) - Fotografi tidak bergantung pada seberapa canggih kamera yang digunakan untuk memotret.
"Fotografi bukan teknis lagi karena kamera mahal," kata Arbain Rambey, fotografer dari Kompas, saat acara bedah buku NESW, malam ini. Unsur fotografi terdiri dari teknis, posisi, komposisi, dan momen.
Beawiharta dari Reuters berpendapat urusan fotografi bukan lagi berada di tataran teknis, alat yang digunakan. "Tapi, sebesar apa dia masuk ke subyek, berpikir, dan merasa," katanya."Alat hanyalah alat. Tapi, kalau sebuah karya yang murni, ia akan keluar," tambahnya.
Menurut Arbain, tidak berlaku lagi pendapat foto yang bagus berasal dari kamera yang mahal. "Tinggal foto itu bermakna atau tidak."
Seiring dengan perkembangan teknologi, memotret bukan lagi hal yang ekskluaif karena kamera terus berevolusi, mulai dari kamera saku hingga kamera yang ada di telepon genggam.
Empat jurnalis foto, Dita Alangkara (AP), Ahmad Zamroni (Forbes Indonesia), Yuniadhi Agung (Kompas), dan Mast Irham (EPA) membuat sebuah buku berjudul NESW yang berisi karya mereka yang diambil dengan kamera ponsel.
Setiap orang dengan kamera ponselnya juga dapat menghasilkan karya yang tak kalah menarik.
Beawiharta mengatakan foto tidak ada bedanya dengan lagu, bercerita. Hanya saja keduanya memiliki medium yang berbeda.
"Dunia fotografi kerap kali identik dengan kamera profesional agar menghasilkan foto dan karya dengan kualitaa yang baik. Namun, di zaman yang serba instan ini, tentunya dibutuhkan alat yang dapat digunakan secara cepat dan mudah dibawa ke manapun. Salah satunya dengan ponsel berkamera. Melalui ponsel berkamera dapat tercipta karya yang tidak kalah daya saingnya dengan kamer profesional," kata Mast Irham. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Fotografi bukan teknis lagi karena kamera mahal," kata Arbain Rambey, fotografer dari Kompas, saat acara bedah buku NESW, malam ini. Unsur fotografi terdiri dari teknis, posisi, komposisi, dan momen.
Beawiharta dari Reuters berpendapat urusan fotografi bukan lagi berada di tataran teknis, alat yang digunakan. "Tapi, sebesar apa dia masuk ke subyek, berpikir, dan merasa," katanya."Alat hanyalah alat. Tapi, kalau sebuah karya yang murni, ia akan keluar," tambahnya.
Menurut Arbain, tidak berlaku lagi pendapat foto yang bagus berasal dari kamera yang mahal. "Tinggal foto itu bermakna atau tidak."
Seiring dengan perkembangan teknologi, memotret bukan lagi hal yang ekskluaif karena kamera terus berevolusi, mulai dari kamera saku hingga kamera yang ada di telepon genggam.
Empat jurnalis foto, Dita Alangkara (AP), Ahmad Zamroni (Forbes Indonesia), Yuniadhi Agung (Kompas), dan Mast Irham (EPA) membuat sebuah buku berjudul NESW yang berisi karya mereka yang diambil dengan kamera ponsel.
Setiap orang dengan kamera ponselnya juga dapat menghasilkan karya yang tak kalah menarik.
Beawiharta mengatakan foto tidak ada bedanya dengan lagu, bercerita. Hanya saja keduanya memiliki medium yang berbeda.
"Dunia fotografi kerap kali identik dengan kamera profesional agar menghasilkan foto dan karya dengan kualitaa yang baik. Namun, di zaman yang serba instan ini, tentunya dibutuhkan alat yang dapat digunakan secara cepat dan mudah dibawa ke manapun. Salah satunya dengan ponsel berkamera. Melalui ponsel berkamera dapat tercipta karya yang tidak kalah daya saingnya dengan kamer profesional," kata Mast Irham. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014