Jakarta (Antara Bali) - Sesepuh Partai Golkar Mayor Jenderal (Purn)
Suhardiman SE dengan tegas meminta Aburizal Bakrie (Ical) untuk mundur
dari kontestasi pemilihan calon presiden dan calon wakil presiden
(pilpres) 2014, karena yang bersangkutan tidak memenuhi persyaratan
sejarah.
"Mengenai Ical kuncinya itu historis atau sejarah dan sosiologis. Sejarah itu berulang kembali bahwa capres harus dari (etnis) Jawa, dan secara sosiologis masyarakat paling besar adalah Jawa, jadi lebih baik dia mengundurkan diri dari capres, jadi cawapres pun ndak (tidak) usah," kata Suhardiman di kediamannya Jalan Kramat Batu No. 1 Jakarta Selatan, Jumat.
Pernyataan Suhardiman itu dilontarkan setelah dirinya menerima kehadiran Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso untuk bersilahturahmi.
Suhardiman yang juga merupakan tokoh senior Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia atau SOKSI (pendiri Golkar) menilai lebih baik Ical menjadi dalang untuk memenangkan calon dari Partai Golkar. Menurut dia, posisi dalang lebih terhormat bagi seorang Ical.
"Lebih baik berpikir sebagai dalang, lebih terhormat," ujar dia.
Suhardiman menilai Ical yang berasal dari etnis luar Jawa tidak akan berhasil menjadi capres maupun cawapres.
"Siapapun yang menjadi presiden pasti orang Jawa, dan ini yang perlu dipegang oleh saudara kita. Tapi nampaknya Ical masih ngotot ingin menjadi presiden, maka saya bertaruh tidak akan mungkin berhasil," kata dia.
Suhardiman justru mendapuk Priyo Budi Santoso untuk maju sebagai cawapres bagi Partai Golkar. Bagi Suhardiman, Priyo memiliki kapasitas secara historis dan sosiologis karena berasal dari tanah Jawa.
Mendengar pernyataan Suhardiman, Priyo mengaku terkaget-kaget. Menurut Priyo posisi Golkar di pilpres akan ditentukan melalui rapimnas yang akan dihadiri seluruh pendiri, pengurus, kader serta simpatisan partai beringin.
Hanya saja Priyo berpesan bahwa suara-suara pendiri partai harus dihormati, termasuk juga suara-suara Dewan Pengurus Daerah II yang selama ini terkesan tidak dianggap.
"Saya hanya berterima kasih atas pernyataan beliau (Suhardiman). Saya tidak bisa berkomentar lebih jauh karena saya juga kaget mendengarnya, yang jelas suara-suara di lapangan harus didengarkan, dan kita tunggu di rapimnas nanti," ucapnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Mengenai Ical kuncinya itu historis atau sejarah dan sosiologis. Sejarah itu berulang kembali bahwa capres harus dari (etnis) Jawa, dan secara sosiologis masyarakat paling besar adalah Jawa, jadi lebih baik dia mengundurkan diri dari capres, jadi cawapres pun ndak (tidak) usah," kata Suhardiman di kediamannya Jalan Kramat Batu No. 1 Jakarta Selatan, Jumat.
Pernyataan Suhardiman itu dilontarkan setelah dirinya menerima kehadiran Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso untuk bersilahturahmi.
Suhardiman yang juga merupakan tokoh senior Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia atau SOKSI (pendiri Golkar) menilai lebih baik Ical menjadi dalang untuk memenangkan calon dari Partai Golkar. Menurut dia, posisi dalang lebih terhormat bagi seorang Ical.
"Lebih baik berpikir sebagai dalang, lebih terhormat," ujar dia.
Suhardiman menilai Ical yang berasal dari etnis luar Jawa tidak akan berhasil menjadi capres maupun cawapres.
"Siapapun yang menjadi presiden pasti orang Jawa, dan ini yang perlu dipegang oleh saudara kita. Tapi nampaknya Ical masih ngotot ingin menjadi presiden, maka saya bertaruh tidak akan mungkin berhasil," kata dia.
Suhardiman justru mendapuk Priyo Budi Santoso untuk maju sebagai cawapres bagi Partai Golkar. Bagi Suhardiman, Priyo memiliki kapasitas secara historis dan sosiologis karena berasal dari tanah Jawa.
Mendengar pernyataan Suhardiman, Priyo mengaku terkaget-kaget. Menurut Priyo posisi Golkar di pilpres akan ditentukan melalui rapimnas yang akan dihadiri seluruh pendiri, pengurus, kader serta simpatisan partai beringin.
Hanya saja Priyo berpesan bahwa suara-suara pendiri partai harus dihormati, termasuk juga suara-suara Dewan Pengurus Daerah II yang selama ini terkesan tidak dianggap.
"Saya hanya berterima kasih atas pernyataan beliau (Suhardiman). Saya tidak bisa berkomentar lebih jauh karena saya juga kaget mendengarnya, yang jelas suara-suara di lapangan harus didengarkan, dan kita tunggu di rapimnas nanti," ucapnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014