Denpasar (Antara Bali) - Mahasiswa dan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menyiapkan pementasan sendratari kolosal oratorium "Rama Sita Prana Bhuwana" untuk memeriahkan pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-36 tahun 2014.

"Kami masih melakukan latihan secara terpisah antara tari dan kerawitan (gamelan) di masing-masing fakultas di lembaga pendidikan tinggi seni itu," kata Dosen ISI Denpasar Kadek Suartaya S. S.Kar M.Si di Denpasar, Minggu.

Ia mengatakan latihan dilakukan dua kali dalam seminggu di masing-masing fakultas tanpa mengganggu proses belajar mengajar, karena itu latihan secara terpisah antara tari dan kerawitan itu masih akan berlangsung hingga akhir April 2014.

Memasuki bulan Mei, latihan tari dan tabuh yang mengiringi akan digabungkan.

"Selama 1,5 bulan latihan secara intensif itu diharapkan sudah rampung, tanpa mengganggu proses belajar mengajar bagi mahasiswa ISI dan dosen," ujar Kadek Suartaya yang bertindak sebagai narator (dalang) dalam pementasan tersebut.

Menurut Rektor ISI Denpasar Dr I Gede Arya Sugiartha S.Skar., M.Hum, pihaknya melakukan persiapan lebih awal, karena lembaga pendidikan tinggi seni itu dipercaya tampil mengawali pembukaan PKB dengan "Adi Merdangga" yang disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 14 Juni 2014.

Pada malam harinya, saat pembukaan PKB menyuguhkan sendratari kolosal oratorium "Rama Sita Prana Bhuwana" yang terdiri atas empat babak juga disaksikan oleh kepala negara, sejumlah menteri dan masyarakat Pulau Dewata.

Oratorium Rama Sita Prana Bhuwana kali ini mengisahkan tentang Raja Agung Rahwana yang ditakuti, lalu para dewa khayangan menugaskan Wibisana menjaga istrinya Dewi Tari selama melakukan tapa di Gunung Gokarna, dan mengawasi akan kelahiran bayinya.

Bila lahir anak laki-laki pertanda kemasyuran Alengka dan sebaliknya jika lahir anak perempuan pertanda keruntuhan negara yang mereka cintai.

Namun hanya berselang beberapa lama lahirlah putri dari Wibisana (Dewi Sita), karena teringat pesan Rahwana, maka Wibisana menggantikan Dewi Sita dengan Menganada yakni putra yang diciptakan dari gumpalan awan pekat dengan wajah menakutkan.

Dalam kepanikan menyelamatkan Dewi Sita muncullah Dewi Pertiwi dan membawanya ke bumi Matila. Di Kerajaan Matila dengan Raja Prabu Jenaka, merupakan negara yang subur akan hasil pertanian.

Mendengar jeritan bayi maka Raja Jenaka memungut Dewi Sita sebagai putri. Saat Dewi Sita dewasa, Raja Jenaka menyelenggarakan sayembara untuk mencari pangeran sebagai pasangan putrinya.

Hari sayembara telah tiba, para raja di belahan Jambuwarsa berdatangan, dan tidak ketinggalan pula Pangeran Ayodya Sri Rama beserta adiknya Laksamana. Langit dan bumi tidak dapat dipisahkan Rama dan Sita pun bersatu. Upacara pernikahan pun digelar.

Pementasan babak berikutnya Ramaprasu seorang Rsi yang penuh dendam tidak henti-hentinya memburu paraksatria di belahan dunia. Mendengan keberhasilan Rama maka Ramaprasu menghadang rombongan Rama dan menantang Rama mengadu kanuragan.

Namun atas bisikan Wasista, Rama berhasil menaklukkan kesombongan Ramaprasu (Ramabergawa). Bargawa menghormat dan menghargai Rama sebagai titisan Wisnu serta menyarankan untuk menjaga Dewi Sita sebagai perwujudan dewi Bumi pembawa kesuburan.

Pementasan sendratari klosal Oratorium Rama Sita Prana Bhuwana tersebut sesuai dengan tema PKB kali ini yakni "Kertamasa: Dinamika Kehidupan Masyarakat Agraris Menuju Kesejahteraan Semesta". (WRA) 

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014